
Madiun - Di Madiun, krupuk rambak masih menjadi primadona. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan masyarakat akan krupuk kulit sapi tersebut. Berawal dari iseng dengan modal 2 Juta Rupiah, Laninda Yantoni Alfianda beserta suaminya membuka usaha produksi krupuk rambak.
Bertempat di Jl. Trisula, Ngebrak Kejuron, Kota Madiun. Ninda menggoreng dan packing sendiri tanpa dibantu karyawan. Sudah 6 bulan, dirinya menjalani usaha produksi krupuk rambak tersebut.
Ketika ditanya alasan memilih usaha krupuk rambak. Wanita berumur 31 tahun ini menjawab dengan santai bahwa krupuk rambak merupakan makanan yang bisa dinikmati oleh semua kalangan dan bersifat everlasting. "Dari dulu sejak saya kecil sampai sekarang masih tetap eksis dan banyak peminat," tutur Ninda.
Dirinya menjelaskan bahwa bahan utama yang dia gunakan merupakan kulit sapi dengan kualitas super. Hal tersebut dibuktikan dengan hasilnya setelah digoreng. "Kalau krupuk rambak bagus, itu dalamnya tidak kopong (kosong), tetapi memiliki tekstur yang bisa digigit," jelas Ninda sambil melakukan packing.
Awal membuka usaha krupuk rambak, dirinya dan suami hanya menggoreng 1 kg kulit sapi yang hanya jadi 20 pack ukuran 50 gr. Dia melakukan pemasaran via online menggunakan whatsapp dan facebook. Melalui ketekunannya, sekarang dirinya memproduksi krupuk rambak sebanyak 35 kg per minggu.
Produksi krupuk rambaknya terdiri dari 2 varian untuk ukuran 50gr, yakni rasa original dan rasa pedas. Untuk harga yang ditawarkan cukup murah, yakni Rp 9.000 untuk reseller, dan Rp 12.000 untuk pembeli umum. Tidak hanya terpaku pada ukuran besar, dirinya juga memproduksi ukuran 10 gr dengan harga Rp 1.000 untuk reseller dan Rp 2.000 untuk umum.

Saat ini, dirinya sudah memiliki pelanggan tetap di Ponorogo, Magetan, Caruban, Ngawi dan Surabaya. Bahkan dirinya pernah melakukan pengiriman ke Ambon.
Bahan pokok kulit sapi tersebut didapatkan dengan mengambil dari luar kota, yakni Mojokerto, Tulungagung dan Kediri. "Kadang kalau Mojokerto kosong kita ambil dari kota lain, yang penting mana yang cepat," jelas Ninda.
Dirinya tidak kuatir dengan pesaing dengan usaha yang sama karena dirinya selalu memberikan kualitas yang terbaik. "kami tidak pernah mendapatkan komplain terkait kualitas rasa teksur dan lain lain, karena bahan bahan kami kualitas bagus," tuturnya.
Ninda memberikan tips untuk masyarakat bisa membedakan krupuk rambak yang bagus dan tidak. Krupuk rambak yang bagus biasanya memiliki warna yang cerah dan memiliki tekstur di dalam yang renyah ketika digigit namun tidak kosong.
Selain itu dirinya menjelaskan bahwa sebenarnya rasa krupuk rambak yang alami itu asli gurihnya kulit. "Rasa gurihnya krupuk rambak yang alami dengan karena bumbu penyedap sebenarnya beda jauh," pungkasnya.
Di era pandemi ini, dia mengaku masih bisa berjalan dengan baik dan omsetnya juga cukup baik. Dia pun membeberkan kiat-kiat tetap bisa bertahan di tengah Pandemi Covid-19, yakni dengan melakukan ekspansi ke daerah yang belum pernah terjangkau dan mengurangi produksi untuk menekan angka kerugian karena barang belum terjual.
"Yang penting marketing tetap jalan, lakukan penawaran produk di lokasi yang baru untuk mendapat pelanggan baru. Juga jangan produksi banyak-banyak dulu biar tidak rugi," jelas Ninda.
Inda Raya Miko S, Wakil Walikota Madiun memberikan saran kepada UMKM untuk dapat memanfaatkan pelayanan modern berbasis online dan menjalin kerjasama dengan platform spt Gojek atau Grab, agar bisa masuk dalam daftar belanja online kuliner.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan bahwa saat ini belum ada program khusus terutama terkait permodalan bagi UMKM di Madiun selama Pandemi Covid-19. Namun demikian, Pemkot memberikan relaksasi pinjaman (apabila memiliki pinjaman) di Bank sesuai dengan program Pemerintah Pusat.
"Pemkot Madiun juga meluncurkan beberapa program persiapan New Normal di sektor UMKM seperti pembukaan pameran bazar baik kuliner maupun non kuliner di Lawu Plaza sehingga harapannya angka penjualan UMKM dapat meningkat signifikan," tutur Inda. (ger)