
KOLOM (Lenteratoday) -Sejak kecil saya sudah mengenal majalah Intisari. Tetapi saya ingat, waktu itu hanya ikut membaca atau sekadar nebeng. Pemilik majalah adalah tetangga.
Majalah Intisari mencuri perhatian, terutama cerita problem romantika kriminal. Quote atau kata-kata mutiara merupakan bagian utama yang dibaca duluan.
Di kemudian hari, saya bisa membeli Intisari dari hasil keringat sendiri. Sudah bekerja. Dapat penghasilan. Tidak lagi pinjam majalah milik tetangga. Tapi, ada tapinya: belinya kadang kala, kalau kangen kisah-kisah uniknya.

Di kemudan hari, ketika saya berprofesi menjadi jurnalis majalah Intisari semakin lekat. Formatnya menarik. Jenis kertasnya pun memikat.
Atas Karunia Tuhan saya ditugaskan atasan sebagai manager di bagian pemasaran cetak yang berada di bawah naungan dua industri pers ternama: Pos Kota grup Jakarta dan Kompas-Gramedia Jakarta.
Majalah yang sebelumnya menjadi bahan bacaan, sekarang lebih dekat lagi. Terutama menyangkut proses cetaknya.
Intisari terbit perdana pada 17 Agustus 1963. Pendirinya, Petrus Kanisius Ojong -lebih dikenal P.K. Ojong dan Jakob Oetama.
Bukan kebetulan, apabila keduanya jurnalis yang mumpumi. Berlatar guru dan memiliki minat pada sejarah. P.K Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama (1931-2020) juga sosok pendiri Harian Kompas.
Sedangkan Harian Umum Kompas terbit pada 28 Juni 1965, sehingga majalah Intisari sebenarnya merupakan perintis usaha penerbitan.
Teman-teman wartawan Kompas sering berseloroh: majalah, tabloid dan suratkabar di bawah naungan Kompas-Gramedia boleh tutup alias berhenti terbit. Tapi tidak (berlaku) untuk majalah Intisari.
Majalah Intisari harus tetap terbit. Majalah Intisari dianggap sebagai cikal bakal Harian Kompas dan semua anak usaha di bawahnya!

Sekarang tentang majalah Trubus.
Saya mengenal majalah Trubus, seiring hobi memelihara tanaman anggrek pada tahun 1980-an. Kemudian berlanjut ketika saya berkecimpung di organisasi Perhimpunan Anggrek Indonesia. Beberapa wartawan Trubus saya kenal banget.
Majalah Trubus ikut mewarnai kecintaan saya terhadap tanaman. Lalu di kemudian hari, tidak saja dunia anggrek, tetapi tanaman-tanaman jenis lain. Sekarang, saya dan istri malah mengkoleksi Aglonema.
Setelah purna tugas di kelompok usaha Harian Surya, saya membeli majalah Intisari dan majalah Trubus di kios koran TERBIT. Kios TERBIT berada di Jalan Diponegoro Surabaya.
Kios milik Pak Paat ini sudah ada sejak 56 tahun silam. Dia menjadi ujung tombak penerbitan pers skala lokal maupun nasional.
Ternyata kios TERBIT bukan hanya saksi hidup, tapi juga saksi 'kematian' sejumlah penerbitan di zaman kemajuan teknologi komunikasi seperti sekarang ini.
26 Oktober 2018 -misalnya, saya mendapat Tabloid BOLA edisi 'SELESAI' alias terbitan terakhir disini.
Bulan Desember 2022, klompok Kompas-Gramedia menutup 4 penerbitannya. Masing-masing, Tabloid NOVA, Bobo Junior dan majalah Mombi.

Alhamdulillah. Waktu masih aktif di pemasaran percetakan Harian Surya (1993-2004), saya mendapat ilmu cetak jarak jauh dari tabloid BOLA dan NOVA. Ini bagian sejarah yang istimewa. Peradaban baru dunia cetak digital!
Intisari dan Trubus tidak lagi terbit?
Akhir bulan Mei 2024 saya dapat informasi bahwa majalah Inisari bakal tutup. Saya telepon kios TERBIT, ternyata belum dapat kabar.
Saya kontak kawan-kawan di Palmerah -markas Kompas-Gramedia, jawabnya normatif. Antara “ya dan tidak”.

Hari Jumat (7/6/2024) saya mampir kios TERBIT. Ternyata kabar itu benar. Majalah Intisari terakhir kali terbit bulan Juni 2024. Cover depan tertulis: LINTAS MASA SUNDA KELAPA SAMPAI KE IBU KOTA. Cover belakang tertulis: INTISARI DARI MASA KE MASA 1963-2024 -dengan desain deretan cover majalah Intisari.
Editor in Chief, Mahandis Yoanata Thamrin menulis di halaman pertama: “Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan para pelanggan, kontributor, dan mitra bisnis yang menemani perjalanan Intisari, kini dan masa mendatang.
Lalu dikutip tulisan Pak Jakob Oetama pada pengantar edisi perdana majalah ini (dengan ejaan lama): “INTISARI berusaha menjadi sahabat anda jang setia, lintjah, gembira. Adapun persahabatan sedjati hanja terdjalin antara manusia dengan manusia jang saling bisa mengerti, bisa turut merasakan dan saling bersetia-kawan.”
Mahandis Yoanata Thamrin menulis pesan mematikan, “Kami tetap hadir menyajikan informasi dalam podium digital. Baik secara online maupun sederet akun media sosial. Pembaca masih berkesempatan mendapatkan edisi-edisi lampau melalui lapak majalah elektronik.”
Saya memungut Intisari bulan Juni. Saya pamit dua pegawai Kios TERBIT.
Salah seorang pegawai bilang, “Majalah Trubus juga setop, Pak. Juni ini terakhir”
Saya ambil satu. Tertera Edisi 655|Juni 2024. Topik bahasan utamanya: VIRAL, KAFE JAMU MODEREN
Akhirnya saya membawa pulang dua majalah -Intisari dan Trubus, untuk pengingat peradaban. Peradaban waktu saya kecil, remaja, dewasa hingga bekerja!
Arifin BH/Pemimpin Redaksi Lenteratoday