13 April 2025

Get In Touch

Kemenkes RI Angkat Bicara Soal Pencopotan Jabatan Dekan FK Unair

Prof. Dr. Med. dr.Puruhito Sp.B mantan Rektor Unair masa bakti 2001 - 2006 sekaligus guru besar FK Unair. (Amanah/Lenteratoday)
Prof. Dr. Med. dr.Puruhito Sp.B mantan Rektor Unair masa bakti 2001 - 2006 sekaligus guru besar FK Unair. (Amanah/Lenteratoday)

SURABAYA (Lenteratoday)- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI angkat bicara terkait adanya isu intervensi pemerintah pusat terhadap pencopotan jabatan Prof. Dr.dr Budi Santoso, SpOG.FER sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) pada Rabu (3/7/2024) kemarin.

Dalam keterangan tertulisnya, juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan berbagai informasi yang beredar terkait keterlibatan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Guna Sadikin dalam pencopotan Prof. Bus dari jabatannya sebagai Dekan FK Unair adalah berita bohong atau hoax.

"Kemenkes tidak membawahi Unair, dan tidak memiliki wewenang mengatur Unair. Pun mengenai informasi yang mengatakan Menkes mengkontak Rektor Unair untuk meminta memberhentikan Dekan FK merupakan fitnah dan hoax," ucapnya, Kamis (4/7/2024).

Syahril juga menyebut, terkait informasi yang beredar bahwa pemerintah pusat akan mendatangkan 6.000 dokter dari negara-negara lain adalah tidak benar. 
Mengenai informasi Kemenkes menghadirkan dokter spesialis asing yang mendapatkan publikasi luas adalah tim dokter dari Arab Saudi yang bertugas di RS Adam Malik, Medan, Sumatera Utara, untuk melakukan operasi jantung kompleks.

"Kehadiran mereka untuk menyelamatkan nyawa 30 anak warga Sumatera Utara secara gratis. Kegiatan tersebut merupakan tindakan operasi jantung untuk anak yang pertama kali dilakukan di Pulau Sumatera. Karena selama ini anak yang mengalami gangguan jantung kompleks selalu dirujuk ke Jakarta, sehingga memberatkan keluarga secara finansial. Ini dikarenakan memang dokter spesialisnya tidak tersedia disana," jelas Syahril.

Tak hanya itu, pihaknya juga menyesali pernyataan kolega sejawatnya rekan-rekan dokter, khususnya yang berada di kota-kota besar di Pulau Jawa, yang menolak kehadiran tim dokter dari Arab Saudi untuk melakukan operasi jantung kompleks terhadap anak-anak di Sumatera Utara. "Padahal mereka (tim dokter Arab Saudi) hadir untuk menyelamatkan nyawa manusia, nyawa anak-anak kita. Bukan untuk mengambil lahan para dokter-dokter tersebut kedepannya," pungkasnya.

Tanggapan FK Unair

Menanggapi hal itu, Prof. Dr. Med. dr.Puruhito Sp.B mantan Rektor Unair masa bakti 2001 - 2006 sekaligus guru besar FK Unair menyebut, jika sebenarnya kebutuhan dokter spesialis di Indonesia sudah memenuhi. Hanya saja pendistribusiannya kurang tepat.

"Kalau saya melihat yang salah itu distribusinya. Itu saja. Sekarang di Jakarta ada 43 ribu spesialis, yang salah siapa? Kalau saya datang di Flores, enggak ada dokter. Labuan bajo sampai Ende itu puskesmasnya hanya dua. Saya ini ahli bedah jantung. Saya tahu persis apa yang terjadi di Medan. Seperti itu sudah saya lakukan 50 tahun yang lalu tahun 1973, saya juga mendatangkan teman-teman dan guru-guru saya dari luar negeri," tuturnya saat ditemui usai Aksi Damai Ksatria Airlangga, Kamis (4/7/2024).

Prof. Puruhito juga menuturkan, jika sebenanrya kualitas para dokter dalam negeri tak kalah dengan dokter-dokter di luar negeri.

"Jadi bukan kekurangan (tenaga dokter), tetapi lebih ke distribusinya. Produksi di negeri kita itu memberikan jaminan dokter yang berkualitas baik. FK Unair adalah produsen salah satu dokter terbaik di Indonesia. Apakah kita mampu bersaing dengan dokter asing? Iya, kita enggak kalah. Yang kalah duitnya, pembiayaan yang kurang, harga obat dan alat kesehatan. Itu yang perlu diperhatikan," tukasnya.

Reporter: Amanah|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.