22 April 2025

Get In Touch

Sukses Turunkan AKI, Kota Kediri Jadi Tujuan Studi Banding UNFPA dan Kemendagri

Pj Wali Kota Kediri Zanariah (kedua dari kanan) saat menerima wakil dari Kemendagri dan UNFPA (ke satu dan kedua dari kiri).
Pj Wali Kota Kediri Zanariah (kedua dari kanan) saat menerima wakil dari Kemendagri dan UNFPA (ke satu dan kedua dari kiri).

KEDIRI (Lenteratoday) - Kota Kediri menjadi pilihan studi banding United Nation Population and Fund For Population Activities (UNFPA) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dalam rangka Joint Mission Program Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Pemilihan tersebut karena dalam pelaksanaan program penurunan AKI secara mandiri tanpa ada pendampingan.

Pj Wali Kota Kediri Zanariah menerima kunjungan studi banding lembaga dan kementerian tersebut di Ruang Kilisuci Balaikota Kediri, Rabu (31/7/2024). Kota Kediri merupakan kota dengan AKI 0 (nol) dengan jumlah kelahiran paling banyak dibandingkan Kota Mojokerto dan Kota Madiun.

“Saya ingin dalam waktu singkat kegiatan studi banding ini untuk program penurunan angka kematian ibu dapat dilihat dari siklus seperti apa. Saya senang ada kunjungan untuk studi banding ke kota ini karena meringankan kita, kami pun bisa dapat ilmu seperti apa harus dilakukan agar sukses zero angka kematian ibu. Tahun 2023, kami mencatat tidak ada kasus AKI di Kota Kediri,” terang Pj Wali Kota Kediri.

Sayangnya pada semester awal 2024 ini, Kota Kediri mencatat 2 kasus kematian ibu. Penyebab pertama sang ibu mengalami pendarahan persalinan dengan kasus Hemoragik Post Partum (HPP). Hal ini dipicu 4T: terlambat mengenali tanda bahaya, terlambat merujuk, terlambat mencapai faskes, terlambat tertangani. Lalu, satu lagi karenakan ibu hamil menderita Autoimun Sistemik Lupus Eritematosus (SLE).

Zanariah menjelaskan Pemkot Kediri berkomitmen menjamin kesejahteraan warga sejak di kandungan hingga meninggal. Baik melalui: program pendampingan, perlindungan, hingga bantuan. Terkhusus pada upaya penurunan angka kematian ibu, Pemkot Kediri menjalankan serangkaian program inovatif secara mandiri.

Program ini tidak hanya ditujukan para ibu hamil, melainkan sejak mereka masih remaja. Program tersebut yakni Selimut Hati (Sekolah Bagi Perempuan Bekal Tantangan Hidup Di Masa Depan Nanti), Duta Genre (Generasi Berencana), Forum Anak Kecamatan dan Kelurahan, pemberian tablet tambah darah pada remaja perempuan, Ponsel Mesra Catin (Program Konseling Dan Pemeriksaan Calon Pengantin).

Selain itu, juga mengadakan berbagai seminar dan workshop yang melibatkan tenaga kesehatan dan ibu hamil, Program Pemantauan Ibu, Anak Dan Siklus Kehidupan (Papi Asik), SOTH (Sekolah Orang Tua Hebat), Selantang (Sekolah Lansia Tangguh) serta menguatkan jejaring antar fasilitas kesehatan untuk pemantauan seluruh ibu nifas dan bayi baru lahir secara paripurna.

Lebih lanjut, Pj Wali Kota Kediri menuturkan program-program tersebut dijalankan dengan mengajak seluruh unsur pentahelix dan masyarakat untuk ikut serta. Hal ini sekaligus membangun kesadaran dan aksi kolektif di masyarakat. Harapan dari program yang sudah dijalankan tersebut, dapat berkontribusi pada penekanan angka kematian ibu di Indonesia.

“Sekaligus ini menjadi pertimbangan Kota Kediri layak untuk dijadikan lesson learned dan bisa berpartisipasi dalam berbagai kegiatan inspiratif baik di tingkat provinsi hingga nasional,” tambahnya.

Sementara itu, Programmer Specialist for Reproductive Health UNFPA Sandeep Nanwani menuturkan dalam rangka akselerasi penurunan angka kematian ibu, model yang dikembangkan adalah model perencanaan penganggaran terintegrasi.

Selama ini program kerjasama UNFPA dengan Pemerintah Indonesia mendukung 5 kabupaten salah satu adalah Kabupaten Jember. Karena di sana angka kelahiran tinggi, jumlah populasi tinggi, dan angka kematian ibu juga tinggi.

Pada Kabupaten Jember dilakukan pendampingan dari seluruh proses perencanaan penganggaran, mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi akar penyebab, menetapkan prioritas sampai dengan mengintegrasikan ke dokumen perencanaan daerah hingga ditelusuri kegiatan dan juga dipantau.

“Karena hal itulah kita juga ingin lihat di Kota Kediri yang tidak didampingi ini. Pertama, seperti apa cara penurunan angka kematian ibu ini, kerjasama antar OPD, proses mengatasi masalah dan menetapkan prioritas kegiatan juga ingin kami dengar dalam rangka memperbaiki model yang ada,” ujarnya.

“Kedua dalam rangka membuat langkah-langkah untuk scale up. Lalu ingin belajar juga kira-kira apa yang bisa menurunkan angka kematian ibu dari segi kerjasama antar OPD yang nanti bisa kita pikirkan bersama untuk langkah-langkah scale up dari kegiatan perencanaan penganggaran ini,” jelas Sandeep Nanwani.

Turut hadir, Koordinator Program Kerja Sama RI-UNFPA Siklus-10 Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri Heri Supriyanto, Kasubdit Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Direktorat SUPD IV Bina Pembangunan Daerah Kemendagri Rezha Pranatama, perwakilan Direktorat Bina Kualitas Pelayanan KB BKKBN Mataram Endra Widagda.

Selain itu juga tampak perwakilan Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes Henny Fatmawati, Sekretaris Daerah Kota Kediri Bagus Alit, Asisten Pemerintahan dan Kesra Mandung Sulaksono, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Ferry Djatmiko, Asisten Administrasi Umum Tanto Wijohari. (*)

Reporter: Gatot Sunarko | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.