
SURABAYA (Lenteratoday) - Anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD Jawa Timur, dr. Agung Mulyono, menyatakan keprihatinannya terhadap laporan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blambangan, Banyuwangi, terkait lonjakan jumlah pasien cuci darah yang semakin meningkat. Dia meminta supaya kasus tersebut tidak dianggap remeh.
Lebih lanjut dia menandaskan bahwa yang lebih mengkhawatirkan lagi, peningkatan ini terjadi pada pasien usia muda, yang berumur di bawah 40 tahun. Menurut laporan terbaru, tercatat ada 175 pasien yang menjalani prosedur cuci darah di RSUD Blambangan, dengan 24 di antaranya merupakan pasien muda.
Lonjakan ini, kata dr. Agung, menjadi sinyal yang sangat mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat di Banyuwangi. "Saya sangat prihatin terhadap laporan RSUD Blambangan, Banyuwangi, terkait peningkatan pasien cuci darah. Bahkan, usianya cenderung semakin muda. Ini adalah situasi yang tidak bisa dianggap remeh," ungkap dr. Agung Mulyono, Selasa (20/08/2024).
Menurut politisi Demokrat tersebut, Banyuwangi dikenal sebagai salah satu kabupaten yang berhasil dalam berbagai sektor, mulai dari ekonomi hingga pariwisata. Bahkan, tingkat kemiskinan di kabupaten ini terus mengalami penurunan, menunjukkan capaian yang luar biasa. Namun, ia menekankan bahwa dengan segala kemajuan tersebut, sudah saatnya fokus lebih besar diberikan pada kesehatan masyarakat.
"Banyuwangi kabupaten yang maju, hampir semuanya bagus, ekonomi good, pariwisata good, kemiskinan menurun, dan semuanya bagus. Namun kini saatnya kita lebih fokus pada kesehatan. Kesehatan adalah fondasi dari semua keberhasilan tersebut. Kita perlu tindakan preventif terhadap kesehatan," terangnya.
Alumnus Universitas Airlangga itu mengajak masyarakat untuk mulai menjalankan gaya hidup sehat, yang mencakup olahraga rutin dan pemeriksaan kesehatan secara berkala. "Ayo mulai hidup sehat. Biasakan gaya hidup sehat, olahraga rutin, dan rutin cek kesehatan secara menyeluruh. Ini penting untuk mencegah penyakit yang lebih serius," katanya.
dr. Agung menekankan pentingnya penerapan paradigma sehat dalam kebijakan kesehatan di Banyuwangi. Menurutnya, langkah-langkah preventif harus menjadi prioritas utama guna menekan peningkatan jumlah pasien cuci darah di masa mendatang.
"Tentunya keberhasilan dalam peningkatan Universal Health Coverage (UHC) bisa menekan tingginya pasien cuci darah. Ini yang perlu dilakukan Pemkab Banyuwangi. Paradigma sehat harus menjadi bagian integral dari kebijakan kesehatan," tuturnya.
Ia juga mengingatkan bahwa meskipun sistem kesehatan di Banyuwangi telah berkembang dengan baik, tetap diperlukan perhatian khusus dalam hal pencegahan penyakit. "Dengan meningkatnya kasus cuci darah di Banyuwangi, hal ini tentunya menjadi peringatan yang sangat berbahaya. Strategi kesehatan yang lebih efektif dan penerapan paradigma sehat harus segera diimplementasikan oleh Pemkab Banyuwangi," pungkas dr. Agung.
Dengan adanya lonjakan kasus ini, dr. Agung berharap semua pihak, baik pemerintah, tenaga kesehatan, maupun masyarakat, dapat bekerja sama dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan, sehingga kasus-kasus seperti ini dapat diminimalisir di masa mendatang.
Dipaparkan dr. Agung juga, di Banyuwangi pada sektor layanan primer perlu melaksanakan promotif dan preventif terukur. Selama ini, beban anggaran mayoritas bahkan hampir 90 persen kebanyakan kuratif. "Saatnya sekarang ini diberikan anggaran promotif dan preventif misalnya antara 25 hingga 40 persen," jelasnya.
"Tidak hanya kuratif saja, melainkan sudah saatnya menerapkan slogan mencegah lebih baik daripada mengobati,"tuturnya.
Agung Mulyono menambahkan sudah saatnya juga diterapkan dokter keluarga dengan jemput bola untuk mengetahui kesehatan keluarga. "Bukan harus pasien terlebih dahulu datang ke rumah sakit untuk tahu penyakitnya. Namun, dokter harus setiap minggu mengecek langsung ke masyarakat tentang kondisi kesehatannya. Entah melalui kontak telpon atau menemui langsung," pungkasnya. (*)
Reporter: Pradhita | Editor : Lutfiyu Handi