
MALANG (Lenteratoday) - Pilkada Kota Malang 2024 menghadapi dinamika baru, dengan ketiga pasangan calon (paslon) yang berlatar belakang berbeda.
Pakar politik dari Universitas Negeri Malang (UM), Dr. Nuruddin Hady, SH.MH mengungkapkan setiap paslon, baik Mochammad Anton-Dimyati, Wahyu Hidayat-Ali, hingga Heri Cahyono-Ganis memiliki tantangan dan peluang yang tidak sama.
Hady mengatakan pengalaman dalam politik dan pemerintahan cukup menjadi faktor krusial, dalam kontestasi ini. Paslon seperti Mochammad Anton-Dimyati dan Wahyu Hidayat-Ali memiliki keunggulan dalam hal ini.
Menurutnya, Abah Anton yang pernah menjabat sebagai Wali Kota Malang periode 2013-2028, dan Wahyu Hidayat yang sempat menjabat sebagai Pj Wali Kota Malang selama 11 bulan dinilai memiliki pengalaman yang signifikan dalam mengelola pemerintahan.
"Sehingga dua bapaslon ini memang punya kelebihan, dibandingkan dengan Heri Cahyono (Sam HC) yang belum pernah punya pengalaman dari sisi pemerintahan," ujar Hady, Sabtu(7/9/2024).
Namun, Hady menyebutkan kondisi tersebut bisa jadi mendatangkan peluang bagi Heri Cahyono (Sam HC) yang tidak memiliki latar belakang pemerintahan.
Hady mencatat Sam HC diunggulkan, karena tidak terikat dengan beban masa lalu di bidang pemerintahan. Sehingga, sambungnya Sam HC berpotensi untuk melakukan terobosan besar dalam tata kelola pemerintahan jika mampu membangun sistem yang efektif.
“Ketiga paslon ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari sisi pengalaman pemerintahan, tentu tidak seimbang. Sam HC tidak memiliki pengalaman pemerintahan dibandingkan dengan kedua paslon lainnya, namun dia memiliki potensi untuk melakukan inovasi yang signifikan,” jelas Hady.
Sebelumnya, Hady dempat menyoroti absennya kader internal parpol dalam Pilkada Kota Malang yang dianggap sebagai bukti gagalnya kaderisasi parpol, untuk kontestasi Pemilihan calon Wali Kota Malang.
Namun, Hady menegaskan absennya kader internal tidak cukup berdampak pada jalannya pemerintahan dan pembangunan Kota Malang, yang bakal dipimpin salah satu dari ketiga paslon ini.
"Kalau soal itu (absennya kader internal parpol) bukan menjadi persoalan sebenarnya, karena yang terpenting pemimpin nanti harus punya visi misi yang jelas untuk kepentingan masyarakat dan pembangunan Kota Malang," ujar Hady.
Di sisi lain, Hady juga memberikan saran kepada parpol terkait gagalnya kaderisasi internal dalam kontestasi Pilkada Kota Malang. Ia menekankan parpol tidak perlu takut untuk mengusung kadernya meskipun ada risiko kalah.
"Jika tantangannya adalah elektabilitas, maka elektabilitas kader harus dibangun dengan kerja keras dan politik yang berkelanjutan. Elektabilitas tidak bisa dibangun secara instan, harus melalui proses yang panjang," ungkap Hady.
Sebagai contoh, Hady menyebutkan bahwa PDIP seharusnya berani memunculkan kadernya sendiri seperti Krisdayanti di Pilwalkot Batu, dan PKB dengan Lathifah Shohib yang berpasangan dengan petahana Bupati Sanusi di Pilbup Malang.
Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais