
Madiun - Pandemi Covid-19 cukup berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Jatim. Bahkan, pada Triwulan pertama 2020 ini, pertumbuhan ekonomi Jatim jeblok ke angka 3,04%. Hal itu berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim.
Sementara pada periode yang sama tahun 2019 lalu, pertumbuhan ekonomi Jatim mampu penembus 5,55%. "Kemarin kita nggak sampai tebus 5 %, sekitar 3-4 %," tutur Kepala BPS Jawa Timur, Dadang Herdiwan, kepada reporter Lenteratoday.com saat di Kota Madiun, Kamis (23/07/2020).
Dadang mengatakan bahwa dampak pandemi merupakan hal yang tidak dapat dihindari karena mengenai semua sektor. Terkait dengan dampak terhadap moda transportasi, dia mengatakan bahwa hal itu merupakan pusat multiplayer effect. Karena, ketika moda transportasi berhenti, secara otomatis berpengaruh terhadap sektor perdagangan, hotel, dan lainnya.
sementara diketahui jika moda transportasi baru dibuka beberapa waktu yang lalu. "Ya kita semua merasakan sendiri dampak itu, baik itu yang di kalangan menengah ke atas maupun kebawah. Terkait dengan berapa persen, di beberapa negara ini kan sudah malah terkontraksi, mulai pertumbuhan ekonomi negatif. Untuk saat ini yang sedikit tumbuh hanya sektor komunikasi, karena ketika lebih banyak stay at home, penggunaan kuota yang tinggi," jelas Dadang.
Dadang menyampaikan bahwa dampak Covid-19 dimulai bulan Maret 2020 yakni ketika digalakkannya pembatasan aktifitas sosial berskala besar. Namun demikian, BPS sedang melakukan evaluasi data untuk memastikan pertumbuhan ekonomi.
"Kita masih mengorek data-data untuk memastikan berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Kemungkinan nanti akan kami rilis awal bulan Agustus 2020, karena kami nggak bisa memperkirakan. Yang jelas tidak tumbuh seperti biasa," ungkap Dadang.
Dadang optimis meskipun dalam banyak sektor sedang mengalami pertumbuhan negatif. Karena melalui sektor pertanian pada Triwulan II 2020 akan ada panen yang akan membantu perekonomian.
Kepala BPS Madiun, Umar Sjaifudin mengatakan bahwa perhitungan pertumbuhan ekonomi hanya sampai di BPS Provinsi, sedangkan BPS Kota Madiun memantau melalui inflasi.
Umar menjelaskan, jika informasi dari BPS Provinsi mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi saat ini sekitar 3-4 %, maka untuk prosentase Kota Madiun kurang lebih sama.
"Perkiraan di Kota Madiun ya sekitar itu, bisa di atasnya atau di bawahnya sedikit. Karena kita di Kota Madiun ini tidak dihitung setiap Triwulan tetapi setiap tahunan. Kita rilis sekitar bulan Januari- Februari," jelas Umar.
Sedangkan pertumbuhan Penduduk Kota Madiun akan dapat dilihat setelah sensus offline selesai dilaksanakan. "Angkanya saya lupa, kemarin dari BPS sekitar 177 ribuan jumlah penduduknya," pungkasnya. (Ger)