
SURABAYA (Lenteratoday) - Sr. Elisabeth Hardiantinawati, MC, baru saja dilantik dan mengikuti yudisium Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).
Kepala SMP Katolik Santa Clara Surabaya ini merupakan peserta PPG dalam jabatan program studi (Prodi) Bahasa Inggris.
Sr. Elisabeth bercerita, pada awalnya ia sangsi apakah dirinya bisa diterima dan berhasil dalam mengikuti PPG di Unusa, karena perbedaan keimanan yang dimiliki, belum lagi penampilan dirinya juga sangat berbeda dari kebanyakan peserta lain.
“Saya memang mengenakan tutup kepala, tapi sangat berbeda dengan jilbab yang dikenakan peserta lain. Saya juga diawal-awal sempat galau untuk ikut,” ucapnya, di Auditorium Kampus B Unusa, Sabtu (14/9/2024).
Namun, seiring berjalannya waktu, kegalauan itu berangsur pulih. Pasalnya, baik dosen maupun peserta lain dapat menerima kehadiran dirinya. “Semua berjalan biasa dan semakin menarik ketika beberapa dosen dengan ramah dan candaan memberikan kesempatan yang sama untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran,” ungkapnya.
Menurutnya, mengikuti PPG di Unusa dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas para peserta dan menambah kepercayaan diri peserta berada di depan kelas.
“Sebagai kepala sekolah saya memang jarang mengajar di depan kelas, lebih banyak berurusan dengan administratif dan tata kelola sekolah, tapi saya sungguh amat yakin para peserta PPG akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya,” ungkapnya.
Selain itu, PPG dalam jabatan merupakan bentuk mengembangan diri untuk meningkatkan kualitas diri pendidik dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan Kurikulum Merdeka. Mendalami kurikulum dari proses awal pembuatan modul ajar sampai dengan implementasi di kelas, adalah salah satu materi yang diberikan.
“Dalam proses pembuatan modul memang dibutuhkan kreativitas pendidikan untuk menciptakan pembelajaran yang menarik bagi peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik,” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan, tiga alasan kenapa PPG dalam jabatan penting diikuti. Pertama, karena setelah mengikuti PPG, bekal pengetahuan untuk mengajar para peserta bertambah. Kedua, ada banyak pengetahuan baru, misalnya tenang kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda, maka diperlukan pembelajaran terdiferensiasi.
“Karena itu menurut saya, kesempatan PPG adalah sebuah tantangan yang harus dijalankan untuk pengembangan diri pendidik di masa depan dalam menyiapkan generasi Pancasila,” ungkapnya.
Ketiga, peserta ingin segera mempraktikkan bagaimana membuat proses pembelajaran kreatif kepada peserta didik, setelah memperoleh kiat-kiat dari dosen PPG. “Tiga point itu minimal yang telah diperoleh peserta PPG, sehingga menambah tingkat kepercayaan diri peserta. Banyak hal baru yang saya peroleh saat mengikuti PPG,” kata Suster kelahiran, Yogyakarta, 9 November 1974.
Bagi Sr. Elisabeth, meski usianya tidak lagi muda dibanding teman-teman satu kelas dan satu angkatan, ia merasakan materi yang diberikan oleh para dosen bisa diterima dan dapat menambah wawasan peserta.
"Ini terlihat sekali ketika pada saat dilaksanaan pembelajaran secara online dan tugas mandiri, serta presentasi peserta, semua mengerjakan dan mengumpulkan dengan baik. Para peserta juga aktif dalam berinteraksi dan berbagi pengalaman, demikian juga para dosen aktif menyapa,” tutupnya. (*)
Reporter: Amanah | Editor : Lutfiyu Handi