11 April 2025

Get In Touch

Langka Terjadi, Gurun Sahara Terendam Banjir dan Menghijau

Sebuah studi perintis mengungkap penyebab gurun Sahara perlahan menjadi menghijau dari semula padang tandus (Ist)
Sebuah studi perintis mengungkap penyebab gurun Sahara perlahan menjadi menghijau dari semula padang tandus (Ist)

JAKARTA (Lenteratoday) -Kejadian langka muncul di gurun Sahara, salah satu wilayah terkering dunia terjadi banjir yang tidak biasa dan hujan besar.

Dilansir dari livescience, tidak jelas mengapa gurun ini mengalami begitu banyak hujan, namun hal ini mungkin ada hubungannya dengan musim badai Atlantik yang sangat tenang, kata para ilmuwan.

Hujan yang turun sangat deras sehingga beberapa daerah yang biasanya kering di Afrika Utara kini mengalami musim hujan dan banjir, dengan sebagian Sahara diperkirakan mengalami curah hujan lima kali lipat dari rata-rata curah hujan di bulan September.

Curah hujan di Sahara secara keseluruhan bukanlah hal yang jarang terjadi wilayah ini sangat luas dan beragam, dan beberapa bagian sering menerima sedikit hujan, kata Moshe Armon, ilmuwan atmosfer di Federal Technical University (ETH) Zürich, dilansir dari livescience.

Namun kini sebagian besar wilayah Sahara terendam banjir, termasuk wilayah utara yang biasanya lebih kering, tambah Armon.

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa ini adalah bagian dari fluktuasi iklim alami bumi, sementara yang lain berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Pergeseran iklim di Sahara mungkin berhubungan dengan lemahnya musim badai Atlantik. Musim badai tahun ini sejauh ini tenang, meskipun ada prediksi di awal musim panas akan terjadi aktivitas badai parah akibat suhu laut yang tinggi.

Ahli meteorologi mencatat ini adalah akhir pekan Hari Buruh pertama dalam 27 tahun tanpa adanya badai bernama yang terbentuk di Atlantik.

Lebih dari separuh badai yang disebutkan dan 80% hingga 85% badai besar di Atlantik setiap tahun biasanya datang dari wilayah selatan Sahara, kata Jason Dunion, ahli meteorologi di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).

Namun, puncak musim badai Atlantik biasanya terjadi pada pertengahan September, jadi jeda musim ini tidak berarti badai Atlantik yang parah dan berbahaya tidak dapat terjadi lagi.

Sementara itu, curah hujan yang luar biasa tinggi di Sahara mungkin juga disebabkan oleh suhu air yang lebih hangat dari biasanya di Samudra Atlantik Utara dan Laut Mediterania.

Jika salah satu dari peristiwa curah hujan langka ini terjadi, dan sistem cuaca terjadi di lautan atau daratan yang jauh lebih hangat, kemungkinan terjadinya curah hujan lebat akan meningkat. Dan Sahara bisa terus mengalami kondisi yang lebih basah di masa depan.

Aktivitas manusia, khususnya emisi gas rumah kaca, mendorong lautan menyerap lebih banyak panas.

Beberapa model iklim memperkirakan lautan yang lebih hangat akan menggeser hujan monsun lebih jauh ke utara di Afrika pada tahun 2100, yang berarti lebih banyak hujan akan turun di wilayah yang biasanya lebih kering.

Model iklim juga memperkirakan peningkatan emisi gas rumah kaca dapat membuat Sahara semakin banyak hujan di masa depan.

Semula tandus

Sebuah studi perintis mengungkap penyebab gurun Sahara perlahan menjadi menghijau dari semula padang tandus.

Menurut sebuah penelitian hal itu terjadi karena periode lembab di Afrika Utara yang telah terjadi selama 800.000 tahun terakhir.

Penelitian yang dipublikasikan di Nature Communications menunjukkan fase basah periodik di Sahara didorong oleh perubahan orbit bumi mengelilingi matahari dan tertekan selama zaman es.

Untuk pertama kalinya, para ilmuwan iklim melakukan simulasi interval historis 'penghijauan' Sahara, memberikan bukti bagaimana waktu dan intensitas peristiwa lembab ini juga dipengaruhi dari jarak jauh oleh efek lapisan es yang besar, jauh, dan berada pada garis lintang tinggi di Sahara. Belahan bumi utara.

Penulis utama Dr. Edward Armstrong, seorang ilmuwan iklim di Universitas Helsinki dan Universitas Bristol, mengatakan, transformasi siklus Gurun Sahara menjadi ekosistem sabana dan hutan adalah salah satu perubahan lingkungan yang paling luar biasa di planet ini.

"Studi kami adalah salah satu studi pemodelan iklim pertama yang mensimulasikan Periode Lembab Afrika dengan besaran yang sebanding dengan pengamatan paleoklimat, mengungkap mengapa dan kapan peristiwa ini terjadi.” ujarnya dilansir dari phys.org.

Sumber: Bisnis|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.