22 April 2025

Get In Touch

Sekitar 90 Persen Kasus Meninggal Covid-19 di Surabaya Disertai Komorbid

Sekitar 90 Persen Kasus Meninggal Covid-19 di Surabaya Disertai Komorbid

Surabaya- Kasus meninggal karena Covid-19 di Kota Surabayasekitar 90 persen disertai dengan komorbid atau penyakit penyerta. Berdasarkandata kumulatif Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya per tanggal 28 Juli 2020, ada754 orang meninggal dunia karena Covid-19. Dari jumlah itu, 714 orang diantaranya meninggal disertai dengan komorbid atau penyakit penyerta. Sedangkansisanya, murni karena kasus Covid-19.

Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) JawaTimur, dr Dodo Anondo mengungkapkan, berdasarkan laporan yang diterima daripara direktur rumah sakit, sekitar 90 persen kasus pasien Covid-19 meninggal diKota Surabaya disertai komorbid atau penyakit penyerta.

“Yang jelas 90 persen disertai komorbid. Terutama karenakegemukan atau obesitas, diabetes mellitus, dan hipertensi itu yang palingbanyak,” kata dr Dodo, Kamis (30/07/2020).

Namun demikian, dr Dodo mengapresiasi berbagai upaya danrespon cepat dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam menekan angkakematian. Akan tetapi, hal ini juga harus didukung oleh masyarakatnya sendiridalam disiplin menerapkan protokol kesehatan pada kehidupan sehari-hari.Terutama bagi mereka yang memiliki komorbid.

“Alhamdulillah Pemkot Surabaya itu responnya cepat. Memangdominan komorbid, tapi kita sebenarnya sudah sering mengingatkan kepadaorang-orang komorbid itu, terkadang mereka sendiri yang kurang disiplin, kalaungobrol itu maskernya dibuka,” katanya.

Maka dari itu, pihaknya sangat berharap kepada masyarakatyang memiliki penyakit penyerta agar lebih disiplin lagi dalam menjalankanprotokol kesehatan pada kehidupan sehari-hari. Sebab, untuk memutus mata rantaipenyebaran Covid-19 tak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah, namunmasyarakatnya juga harus aktif mendukung.

“Makanya orang yang memiliki diabetes itu harus terkontrolobatnya, olahraga, dan makanannya. Namun yang penting itu jaga kondisitubuhnya. Kadang orang lupa kalau memiliki sakit diabetes itu makanannya tidakterkontrol,” papar dr Dodo.

Menurutnya, sebenarnya selama ini penanganan Covid-19 diSurabaya sudah begitu masif. Apalagi, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharinimemberikan perhatian lebih kepada tenaga kesehatan hingga kebutuhan peralatandi rumah sakit.

“Untuk Kota Surabaya sebetulnya tenaga kesehatan sudahbagus, apalagi Ibu Wali Kota juga sangat perhatian kepada kita-kita. Apa yangsudah dilakukan Pemkot Surabaya itu sudah bagus,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Surabaya, FebriaRachmanita menyatakan, bahwa Pemkot Surabaya menaruh perhatian lebih kepadamasyarakat yang dinilai rentan tertular Covid-19. Seperti warga yang memilikipenyakit penyerta, ibu hamil, serta lansia. Bahkan, pemkot melakukan pemantauanketat bagi mereka yang terbilang rentan tertular virus.

“Upaya kami adalah mendata pasien-pasien rentan dankomorbid. Artinya rentan adalah mulai dari lansia, ibu hamil ditambah denganpasien komorbid,” kata Febria.

Bagi warga yang memiliki komorbid seperti diabetes mellitus(DM), hipertensi (HT), komplikasi DM dan HT, asma, hingga jantung, PemkotSurabaya melakukan pemantauan ketat melalui Puskesmas. Febria juga menyarankankepada warga yang memiliki komorbid agar tidak perlu datang langsung kefasilitas kesehatan untuk membeli obat.

“Nah, itu kita data mereka dan menjadi tanggung jawabPuskesmas. Kami sudah koordinasi dengan BPJS untuk bisa menyiapkan obat-obatpasien komorbid,” kata dia.

Sedangkan bagi ibu hamil, mereka juga dipantau dandidampingi oleh tiap-tiap bidang kelurahan (Bikel). Bahkan, sejak minggupertama kehamilan hingga melahirkan, ibu hamil di Surabaya menjadi tanggungjawab masing-masing Bikel.

“Selain memeriksakan kehamilannya, pada minggu ke 37 ibuhamil itu kita juga melakukan swab, setelah itu menentukan rumah sakit manayang akan menjadi tempat rujukan oleh Puskesmas,” ungkap dia.

Jika hasil swab ibu hamil itu dinyatakan confirm Covid-19,selanjutnya dia dirujuk ke rumah sakit khusus penanganan Covid-19. Sementarajika hasil swab negatif, dia kemudian dirujuk ke rumah sakit ibu dan anak.

Tak hanya memberikan perhatian lebih kepada pasien komorbiddan ibu hamil di Surabaya agar terhindar dan terlindungi dari Covid-19. PemkotSurabaya juga menekankan perubahan perilaku sikap melalui petugas promotorkesehatan dan relawan. Mereka getol terjun ke masyarakat mensosialisasikandisiplin protokol kesehatan, seperti pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak.

“Karena untuk merubah perilaku tidak bisa dilakukan sekalidan nanti bersama kader-kader bumantik. Kita juga lakukan rapid test dan swabmassal kepada masyarakat yang memiliki kontak erat dengan pasien dan kelompokrentan itu kita lakukan terus,” tuturnya.

Di samping itu pula, pasien Covid-19 yang menjalani rawatjalan atau telah dipulangkan dari rumah sakit juga dilakukan pemantauan olehPuskesmas. Makanya, Febria mendorong pihak rumah sakit agar aktif melaporkansetiap pasien yang telah pulang melalui sistem aplikasi milik Pemkot Surabayayang telah tersedia. Nah, berdasarkan laporan di aplikasi tersebut, Puskesmasselanjutnya melakukan pemantauan.

“Di situ (aplikasi) mereka (Puskesmas) bisa membacapasien-pasien yang dipulangkan rumah sakit. Kalau pasien itu sudah dipulangkanrumah sakit, maka dia menjadi tanggung jawab Puskesmas, mereka di-cek apakahsudah dapat obat, terus bagaimana saturasi oksigennya,” katanya.

Bagi pasien yang telah dipulangkan dari Rumah Sakit, DinkesSurabaya juga  memberikan alat berupapulse oximeter atau alat untuk mengukur saturasi oksigen dalam darah. Pasienyang telah pulang dari RS diajari untuk bisa melihat saturasi masing-masing dankemudian melaporkan kepada puskesmas. Apabila saturasinya naik di atas 96berarti aman.

“Kalau saturasinya tidak naik (kurang dari 94), Puskesmasakan cepat turun. Ada 400 alat saturasi yang sudah kami bagikan, sesuai dengankebutuhan yang urgen, dan mereka diajari menggunakan. Itu dari sisi promotifpreventif,” ujar Febria.

Sedangkan upaya Pemkot Surabaya dari sisi kuratif, salahsatunya adalah menambah tempat tidur dan rumah sakit rujukan atau non rujukanuntuk pelayanan pasien Covid-19. Selain itu pula,kata Febria, penambahanventilator di rumah sakit juga dilakukan.

“Ada penambahan 17 ventilator di rumah sakit. Kita jugamembantu sistem rujukan supaya cepat dan tepat. Jadi rumah sakit mana yang adaventilator itu saling bersahutan,” jelasnya.

Upaya lain dalam menekan dan memutus mata rantai penyebaranvirus ini adalah dengan melakukan tracing lebih ketat kepada semua kontak erat.Menurut Febria, minimal satu pasien confirm Covid-19 itu 25 kontak erat yangdilakukan tracing. “Target kami 1 banding 25, tergantung masing-masing kasus.Tetapi minimal satu pasien positif harus 25 kontak erat yang harus kitatracing,” pungkasnya. (ist)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.