
KEDIRI (Lenteratoda) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Kediri menilai inflasi yang dialami Kota Kediri sejalan dengan kondisi di kota dan kabupaten lain di Jawa Timur dan Indonesia merupakan sinyal positif dari pasar, setelah sebelumnya 5 bulan berturut-turut deflasi (Mei-September 2024) dikarenakan kondisi optimisme pasar terbentuk seiring peralihan kepemimpinan nasional berjalan lancar.
Kabag Perekonomian Kota Kediri, Erwin Tutuko Sukarno, yang juga Sekretaris TPID Kota Kediri menjelaskan setelah mengalami deflasi lima bulan (Mei-September 2024) berturut-turut, pada Oktober 2024 Kota Kediri mengalami inflasi month-to-month (m-to-m) sebesar 0,16 persen. Sedangkan secara year-on-year (y-on-y), Kota Kediri mengalami inflasi sebesar 0,91 persen sekaligus menjadi urutan terendah se-Jawa Timur.
Seperti diketahui bahwa Kota Kediri mengalami deflasi berturut-turut sejak Mei 2024 sebesar -0,20; Juni -0,33; Juli -0,01; Agustus -0,17 dan September sebesar -0,10, sehingga inflasi Oktober ini memutus rantai tren deflasi yang terjadi sebelumnya.
Kenaikan harga beberapa komoditas bahan makanan seperti daging ayam ras, bawang merah dan telur yang mendorong inflasi Oktober 2024 merupakan indikasi pola konsumsi yang kembali normal di masyarakat,” ujarnya, Selasa (5/11/2024).
Erwin memprediksi tren inflasi masih terus terjadi pada November dan Desember 2024 seiring perhelatan Pilkada dan HBKN Natal dan Tahun Baru yang biasa mendorong tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi.
"Kami berharap agar gelaran Pilkada dan perayaan Nataru tahun ini dapat berjalan lancar, dan agar warga Kota Kediri tetap berbelanja bijak sesuai kebutuhan, TPID Kota Kediri akan melakukan upaya-upaya yang terukur untuk mengendalikan keterjangkauan harga di masyarakat hingga akhir tahun nanti", tutupnya.
Sebelumnya Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, Dyah Sari Prihantari pada kegiatan Meeting Press Release Berita Resmi menjelaskan beberapa peristiwa yang menjadi catatan pada Oktober 2024, Jumat (1/11/2024).
Peristiwa tersebut antara lain; kenaikan harga emas dunia yang berpengaruh ke harga emas dalam negeri, kenaikan harga daging ayam ras yang dipengaruhi kenaikan harga di tingkat peternak, serta kenaikan harga bawang merah akibat panen raya yang sudah berlalu yang menyebabkan berkurangnya stok di pasaran.
“Kelompok makanan, minuman, dan tembakau merupakan penyumbang inflasi tertinggi dengan andil 0,11 persen, sebaliknya kelompok transportasi yang memberikan andil inflasi terendah yakni -0,04 persen,” ujarnya.
Berikut ini komoditas penyumbang inflasi secara m-to-m di Oktober 2024, antara lain: daging ayam ras menyumbang inflasi sebesar 0,08 persen; emas perhiasan 0,07 persen; bawang merah dan tomat masing-masing 0,03 persen; kacang panjang dan sepeda motor masing-masing 0,02 persen; serta telur ayam ras, upah asisten rumah tangga, dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,01 persen.
Sementara itu terdapat pula komoditas yang menjadi penghambat inflasi, yaitu: bensin mengalami deflasi -0,06 persen; beras -0,02 persen; cabai merah, kentang, jagung manis, wortel, alpukat, semangka,dan pisang masing-masing mengalami deflasi -0,01 persen.
Pihaknya turut mengimbau kepada masyarakat tidak perlu khawatir dengan ketersediaan pasokan bahan pangan di Kota Kediri, karena TPID Kota Kediri telah melakukan pemantauan harga komoditas di pasar dan menggelar Operasi Pasar Murni (OPM) secara berkala. “Dengan demikian semoga melalui berita resmi Statistik ini dapat menjadi dasar pembuatan kebijakan bagi Pemkot Kediri,” pungkasnya. (*)
Reporter: Gatot Sunarko | Editor : Lutfiyu Handi