
JAKARTA (Lenteratoday) - Seorang dokter muda, Dokter Azmi Fadhlih, dikabarkan meninggal dunia. Menurut influencer Arief Muhammad, penyebabnya adalah pecah pembuluh darah di kepala atau aneurisma.
Sebelum meninggal, dokter spesialis kulit dan kelamin berusia 35 tahun itu dikabarkan sempat mengalami sakit kepala hebat.
Sakit kepala seringkali dianggap sepele. Terkadang pada sebagian kasus, sakit kepala bisa menjadi gejala penyakit yang mematikan seperti aneurisma otak.
Aneurisma otak adalah tonjolan berbentuk balon yang terbentuk di pembuluh darah otak. Sekilas, tonjolan ini tampak seperti buah beri tergantung di batang otak.
Pada beberapa kasus, tonjolan tersebut bisa bocor atau pecah dan menyebabkan perdarahan ke otak atau terjadinya stroke hemoragik. Salah satu gejala yang khas yakni sakit kepala hebat.
Lantas apa itu aneurisma?
Mengutip Cleveland Clinic, aneurisma otak adalah adanya tonjolan di area pembuluh darah yang lemah di dalam atau di sekitar otak Anda.
Sebagian besar aneurisma berukuran kecil dan tidak menimbulkan masalah. Namun, apabila aneurisma otak pecah dapat mengancam jiwa.
Aneurisma otak dapat terjadi di bagian otak mana saja, tetapi sebagian besar bisa terbentuk di arteri utama di sepanjang dasar tengkorak.
Sekitar 10% hingga 30% orang yang mengalami aneurisma otak memiliki beberapa titik aneurisma sekaligus. Namun, sebagian besar aneurisma otak berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.
Aneurisma dapat kemudian menimbulkan gejala ketika ada tekanan pada saraf atau jaringan otak di dekatnya. Jika aneurisma bocor atau pecah, hal itu dapat menyebabkan pendarahan di otak, sehingga dapat mengancam jiwa dan memerlukan perawatan medis darurat.
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dan pada usia berapa pun. Namun, aneurisma otak kemungkinan besar bisa dialami orang berusia antara 30 dan 60 tahun.
Penyebab Aneurisma
Aneurisma otak dapat berkembang ketika dinding arteri di otak menjadi tipis dan lemah. Beberapa penyebabnya antara lain karena kelainan bawaan lahir dan beberapa faktor lainnya, seperti Sindrom Ehlers-Danlos vaskular, penyakit ginjal polikistik dominan autosomal, sindrom Marfan, displasia fibromuskular, dan malformasi arteriovena.
Aneurisma juga bisa dialami ketika seseorang memiliki kerabat seperti saudara kandung atau orang tua kandung dengan riwayat aneurisma otak.
Gejala Aneurisma
Tanda pertama dari aneurisma otak yang pecah biasanya adalah sakit kepala parah, bahkan bisa dikatakan sebagai sakit kepala terburuk yang pernah dialami seseorang.
Sakit kepala pada Aneurisma disebabkan oleh darah akan meluber ke jaringan otak di sekitarnya. Darah tersebut dapat memberikan tekanan berlebih pada jaringan otak dan membuat otak membengkak.
Kondisi ini pada akhirnya akan menyebabkan sakit kepala hebat yang disebut sakit kepala thunderclap.
Selain sakit kepala berat, gejala lainnya di antaranya:
- Mual dan muntah
- Leher kaku
- Pandangan kabur
- Sensitivitas terhadap cahaya
- Kejang
- Kehilangan kesadaran
- Nyeri di atas atau di belakang mata
- Kebingungan
- Rasa lemah dan kebas
- Kelopak mata terkulai dan pupil melebar.
Aneurisma otak yang pecah juga dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti:
- Perdarahan subaraknoid: Perdarahan di area antara otak dan jaringan tipis yang menutupi dan melindunginya
- Stroke hemoragik: Perdarahan di ruang antara tengkorak dan otak.
Jika tak segera ditangani dengan tepat, penyakit ini selanjutnya dapat mengakibatkan kerusakan otak permanen atau komplikasi lain seperti:
- Vasospasme: Hal ini terjadi ketika pembuluh darah menyempit atau terjepit sehingga lebih sedikit oksigen yang mencapai ke otak.
- Hidrosefalus: Hal ini terjadi ketika penumpukan cairan serebrospinal atau darah di sekitar otak sehingga memberikan tekanan yang lebih besar padanya.
- Kejang: Hal ini terjadi ketika aktivitas listrik sementara di dalam otak tidak terkendali. Hal ini dapat memperburuk kerusakan otak akibat aneurisma yang pecah.
- Koma: Keadaan tidak sadarkan diri yang berkepanjangan yang dapat berlangsung selama berhari-hari hingga berminggu-minggu.
Kematian: Aneurisma otak yang pecah dapat menyebabkan kematian pada sekitar 50% kasus.
Skrining Aneurisma Otak Penting
Ketika aneurisma otak sudah pecah, seseorang bisa terkena stroke, koma, bahkan menyebabkan kematian. Maka dari itu, pencegahan dengan skrining penting agar seseorang dengan kondisi itu tidak mengalami hal-hal yang lebih fatal.
"Aneurisma tidak ada gejala, tetapi kalau dia pecah, penderita aneurisma akan memiliki mortalitas hingga 50 persen," kata dokter spesialis bedah saraf RS Pondok Indah - Pondok Indah Mardjono Tjahajadi dalam kesempatan yang sama.
Jika bertahan pun, pasien akan mengalami kecacatan karena stroke. Potensi kembali normal pun hanya 15 dari 100 orang.
Untuk itu, jika seseorang memiliki gejala seperti sakit kepala berdenyut dan kesemutan di satu sisi tubuh yang sering timbul dan hilang, serta memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga, usia di atas 40 tahun, perempuan, serta merokok dan konsumsi alkohol, tak usah takut untuk memeriksakan otak dengan MRI (Magnetic resonance imaging), MRA (magnetic resonance angiography), serta jika diperlukan DSA (Digital Subtraction Angiography).
Pecahnya aneurisma otak hingga stroke masih dicegah dengan dua cara yaitu clipping atau menjepit "balon" pada pembuluh darah serta coiling atau menyumbatnya.
"Jadi mendingan kita preventif, jangan sampai menunggu pecah. Kalau sudah pecah ya sudah jadi stroke," kata Rubiana menegaskan.
Co-Editor: Nei-Dya