03 April 2025

Get In Touch

Mendikdasmen Ungkap Pentingnya Siswa Kuasai Soft Skill 4 C Plus 2

Mendikdasmen Abdul Mu'ti mengikuti senam Indonesia Hebat di SMAN 3 Semarang. Foto/humas kemendikdasmen
Mendikdasmen Abdul Mu'ti mengikuti senam Indonesia Hebat di SMAN 3 Semarang. Foto/humas kemendikdasmen

JAKARTA (Lenteraoday) - Di era disrupsi, sebuah masa di mana banyak hal berubah dengan cepat, akademik saja tidak cukup. Kapasitas intelektual seseorang mesti diimbangi dengan penguasaan keterampilan penunjang

Karena itu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengingatkan agar menguasai empat kemampuan soft skill.

"Kita sekalian dituntut untuk tidak hanya memiliki kemampuan-kemampuan teknik, kemampuan motorik, serta kemampuan yang bersifat akademik, tetapi juga kemampuan-kemampuan yang disebut dengan soft skill,” kata Mu’ti saat bertindak sebagai pembina upacara di SMAN 3 Semarang, Senin (6/1/2025) melalui keterangan di Jakarta hari ini.

Setidaknya ada empat keterampilan yang “wajib” mereka kuasai. ”Skill yang dibutuhkan di abad 21, yaitu critical thinking, creativity, collaboration, dan communication," ujarnya.

Critical thinking adalah berpikir kritis untuk mempertanyakan, menganalisis, menginterpretasi, mengevaluasi, dan mengambil keputusan tentang suatu hal. Ini adalah keterampilan menafsirkan hasil pengamatan, informasi, dan menyusun argumentasi serta penilaian yang dapat diandalkan.

Creativity atau kreativitas, yaitu keterampilan untuk menghasilkan ide-ide baru yang orisinal, inovatif, dan bermanfaat. Ini adalah proses berpikir di luar kebiasaan untuk menemukan solusi unik atas suatu masalah.

Collaboration atau kolaborasi merupakan keterampilan bekerja sama untuk mencapai tujuan, menyelesaikan masalah, atau menciptakan sesuatu.

Communication atau komunikasi adalah keterampilan menyampaikan informasi atau pesan kepada orang lain dengan baik sehingga dapat dipahami, yang bisa dilakukan melalui secara lisan maupun tulisan.

Di luar empat keterampilan itu, Mu’ti mengingatkan ada dua hal lain yang mesti diingat para siswa, yaitu character (karakter) dan citizenship (identitas kewarganegaraan). Siswa harus punya karakter baik yang menunjukkan identitasnya sebagai generasi masa depan bangsa Indonesia.

"Untuk kita tumbuh menjadi bangsa yang kuat dan generasi yang hebat, diperlukan dua 'C' lagi, yaitu character dan citizenship. Generasi Indonesia yang hebat itu adalah mereka yang memiliki kompetensi intelektual, kompetensi sosial, kompetensi spiritual, dan kompetensi-kompetensi yang berkaitan dengan generasi sebagai well being," tutur Mu'ti.

Skor PISA Indonesia

Keterampilan atau kemampuan berpikir kritis hingga komunikasi umumnya diukur menggunakan skor PISA (Program for International Student Assessment). Skor ini merupakan hasil penilaian sebuah evaluasi internasional yang diselenggarakan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) setiap tiga tahun.

PISA bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam membaca, matematika, dan sains, serta kemampuan mereka dalam berpikir kritis dan menerapkan pengetahuan di dunia nyata. PISA bukan hanya mengukur hasil pembelajaran akademik, tetapi juga fokus pada kompetensi yang diperlukan untuk beradaptasi dengan kehidupan setelah sekolah.

Menurut laporan pemerintah pada 2022, skor PISA Indonesia naik 6 posisi dibandingkan dengan PISA 2018. Indonesia berada di peringkat 69 dari 80 negara yang berpartisipasi. Tetapi bila dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, posisi Indonesia hanya lebih tinggi dari Filipina.

Itu sebabnya penting bagi Indonesia untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Pemerintah pun sebenarnya telah mengetahui fakta ini.

Penelitian Balitbang Kemendikdasmen sendiri menunjukkan bahwa pengetahuan serta kemampuan matematika dan IPA siswa Indonesia masih rendah. Ini berarti mereka lemah dalam komunikasi matematis.

Program lain yaitu Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI). Asesmen ini membantu guru mendiagnosis kemampuan siswa pada topik-topik substansial dan memperkaya penilaian formatif di sekolah. AKSI juga digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca bacaan sederhana sebagai dasar perkembangan siswa ke level selanjutnya. Melalui inisiatif-inisiatif tersebut, Kemendikbud berupaya meningkatkan kemampuan komunikasi siswa di Indonesia.

Penulis/Editor : M.Kamali

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.