
GAZA (Lentera) - Kelompok perlawanan Palestina, Hamas pada, Sabtu (29/3/2025) menyatakan telah menyetujui proposal dari pihak mediator, untuk gencatan senjata di Jalur Gaza yang mereka terima dua hari sebelumnya.
"Dengan komitmen terhadap rakyat dan keluarga, kami telah terlibat dengan semua proposal secara bertanggung jawab dan positif yang bertujuan untuk mengakhiri perang," kata Kepala Hamas di Gaza, Khalil Al-Hayya dalam sebuah pernyataan dirilis Antara, Minggu (30/3/2025).
"Dua hari yang lalu, kami menerima proposal dari saudara-saudara mediator kami. Kami merespons secara positif dan menyetujuinya. Kami berharap pendudukan (Israel) tidak menghalangi atau merusak upaya para mediator," imbuh pernyataan tersebut.
Pernyataan itu juga menegaskan kembali sikap Hamas soal perlawanan bersenjata dengan menyebutnya sebagai "garis merah" dan memperingatkan "senjata perlawanan", akan tetap berada di tangan rakyat dan negara "jika pendudukan Israel terus berlanjut."
"Kami tidak akan pernah menerima penghinaan atau penistaan terhadap rakyat kami. Tidak akan ada pengungsian atau deportasi," imbuh pernyataan itu.
Hamas lebih lanjut menyatakan bersama dengan faksi-faksi lain, mereka telah menyerahkan daftar para profesional dan ahli independen kepada Mesir untuk membantu membentuk sebuah komite untuk mengelola daerah kantong tersebut.
Sementara itu, Israel pada, Sabtu (29/3/2025) malam waktu setempat mengonfirmasi pihaknya telah menerima proposal gencatan senjata Gaza yang baru, dan mengirimkan tawaran balasan kepada negara-negara mediator.
Sejumlah laporan media menyebutkan poin-poin utama yang menjadi sengketa, termasuk jumlah sandera yang akan dibebaskan. Tawaran balasan tersebut "sepenuhnya dikoordinasikan dengan Amerika Serikat," menurut pernyataan dari Kantor PM Israel.
Kan TV News milik pemerintah Israel melaporkan di bawah persyaratan yang diajukan kepada Israel, Hamas akan membebaskan beberapa orang dari 59 sandera yang masih mereka tawan dengan imbalan gencatan senjata selama 50 hari di Gaza.
Terlepas dari upaya mediasi intensif untuk gencatan senjata, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan dalam sebuah pernyataan pasukannya telah memulai operasi darat baru di daerah Al Janina di Rafah, Gaza selatan, yang bertujuan untuk memperluas zona keamanan.
IDF menegaskan infrastruktur milik Hamas, telah dihancurkan dalam operasi tersebut. Menurut pernyataan itu, IDF dan dinas intelijen dalam negeri Israel Shin Bet juga melakukan serangan udara terhadap target-target militer milik Hamas dan Jihad Islam di seluruh Gaza.
Pasukan Israel kembali melancarkan serangan di Gaza pada 18 Maret, yang secara efektif mengakhiri kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas yang berlaku sejak 19 Januari.
Editor: Arief Sukaputra