IHSG dan Rupiah Jeblok, Prabowo Ngaku Tak Ambil Pusing
PASAR saham, Selasa (8/4/2025) kacau balau. Usai libur lebaran Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka langsung jeblok 9,19% ke level 5.912,06, pada awal perdagangan. Alhasil, sistem Jakarta Automated Trading System (JATS) dibekukan sementara atau trading halt. Pemberhentian dilakukan selama 30 menit dari 09:00 hingga 09:30 waktu JAST. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pun telah menggelontorkan sejumlah stimulus. Sayangnya, tekanan jual masih berlanjut hingga IHSG anjlok 7,90% atau turun 514,47 poin ke level 5.996,14 pada penutupan perdagangan. Otoritas bursa pun mengubah ketentuan pelaksanaan penghentian sementara perdagangan efek atau trading halt di bursa dan mengurangi persentase batas minimum penurunan harga saham atau auto rejection bawah atau ARB. Secara mendetail, penyesuaian batasan persentase ARB disesuaikan menjadi 15 persen dari 35 persen pada saham di papan utama, lalu persentase sama untuk saham di papan pengembangan yang sebelumnya 25 persen. Adapun perubahan ARB menjadi 15 persen dari 20 persen untuk saham papan ekonomi baru. Tak sendiri, sebelumnya perdagangan pasar berjangka Nikkei 225 dan Topix sempat dihentikan pada hari Senin (7/4/2025) oleh otoritas Jepang dipicu oleh membludaknya order jual. Di hari yang sama, Korea Selatan sempat menghentikan order jual untuk perdagangan program setelah indeks futures Kospi 200 turun 6,8%. 'Sidecar' dipicu dan validitas order jual perdagangan program ditangguhkan selama 5 menit. Tak hanya saham yang babak belur, posisi rupiah juga masih darurat. Mata uang Garuda spot ditutup pada level Rp 16.891 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan Selasa (8/4/2025). Posisi ini melemah 0,41% dari sehari sebelumnya yang ada di level Rp 16.822 per dolar AS. Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengaku tak terlalu ambil pusing dengan pergerakan-pergerakan yang ada di pasar modal. Prabowo menilai Indonesia memiliki kekuatan jauh lebih besar. Orang yang bermain di pasar saham, dinilai oleh Prabowo hanya mencari untung secepat-cepatnya. Senada, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kondisi saat ini tidak parah. Perlu kah rakyat khawatir? BACA BERITA LENGKAP, KLIK DISINI https://lenteratoday.com/upload/Epaper/09042025.pdf