27 April 2025

Get In Touch

Dag-dig-dug Tanda Krisis Mengemuka (Koran Selasa, 8/4/2025)

Rupiah Terpuruk Rp 17.217/USD, Inflasi Diramal Tertinggi dalam 10 Tahun

APAKAH kondisi ekonomi Indonesia baik-baik saja? Ingatan kolektif masyarakat terhadap krisis moneter 1998 kembali muncul. Nilai tukar rupiah terpuruk setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif impor minimum sebesar 10 persen untuk seluruh negara (Berita terkait baca halaman 2). Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda anjlok ke level terburuk, Rp 17.217 per Dolar AS pada Senin (7/4/2025) pukul 09:16 WIB atau pukul 22:16 waktu New York, Minggu (6/4/2025). Sekilas, depresiasi rupiah tersebut mengingatkan pada level saat krisis moneter 1998 melanda. Kala itu, kurs rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta ditutup pada level Rp 16.900 per dollar AS pada Juni 1998. Bahkan, sempat menyentuh level Rp 17.000 per dollar AS pada Januari 1998. Rupiah bukan sekadar simbol moneter, tetapi cermin dari kepercayaan pasar terhadap ekonomi. Pasar domestik yang baru buka  Selasa (8/4/2025), usai libur panjang Lebaran 2025 tampak dag-dig-dug. Para investor menaikkan pembelian asuransi--antisipasi akan terjadinya kegagalan kredit sebuah institusi atau negara penerbit surat utang, karena menilai situasi saat ini lebih berisiko dari sebelumnya. Ini tampak dari pergerakan harga Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun pada Senin pagi ini yang melompat naik sampai 12% menyentuh level 118,77. Bahkan, Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa mereka telah memutuskan menempuh intervensi pasar valas offshore demi menahan kejatuhan rupiah lebih dalam. Di sisi lain, konsensus pasar memperkirakan terjadi inflasi 1,77% pada Maret dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Jika terwujud, maka lebih tinggi ketimbang Februari yang sebesar -0,48% mtm. Laju ini juga sangat cepat, yang tertinggi sejak Desember 2014 atau lebih dari 10 tahun terakhir. Meski tanda-tanda krisis mengemuka, Presiden Prabowo Subianto memilih optimistis dan mengatakan saat ini kondisi fundamental ekonomi Indonesia dalam keadaan baik. Hal ini bisa dilihat dari tingkat inflasi Indonesia yang masih terkendali dan rasio utang terhadap PDB yang masih berada di kisaran 39%. Dia pun menyinggung ada pihak yang selalu pesimistis terhadap Indonesia. Dia menyebut pihak tersebut lebih suka menjadi hamba bangsa lain. BACA BERITA LENGKAP, KLIK DISINI https://lenteratoday.com/upload/Epaper/08042025.pdf

Share:
img
Author

Neiska

Lentera Today.
Lentera Today.