
SURABAYA (Lentera) - IHSG terus melemah dalam beberapa pekan terakhir, hal ini mencerminkan tekanan di pasar modal Indonesia. Penurunan ini berdampak pada investor domestik dan berpotensi mempengaruhi stabilitas ekonomi global, terutama di tengah ketidakpastian geopolitik dan perlambatan ekonomi dunia.
Dosen Departemen Hubungan Internasional FISIP Unair, Citra Hennida SIP MA, menjelaskan penurunan peringkat saham Indonesia oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs mencerminkan kinerja ekonomi yang kian memburuk. Hal itu diperparah oleh dampak perang dagang AS dengan China (20 persen) dan Meksiko-Kanada (25 persen) yang menekan harga komoditas ekspor seperti sawit dan batu bara, karena China pasar utama mengurangi produksinya akibat sanksi AS.
“Faktor dalam negeri sangat berpengaruh, ketidakpastian pemberantasan korupsi, APBN defisit, realisasi pajak rendah, kebijakan efisiensi, serta isu mundurnya pejabat ekonomi menciptakan sentimen negatif di pasar modal,” ujarnya dalam rilis yang diterima Rabu (9/4/2025).
Hal itu diperburuk oleh komunikasi pemerintah yang tidak konsisten, memicu aksi jual besar-besaran (capital flight) karena investor beralih ke pasar yang lebih stabil, sehingga IHSG menjadi satu-satunya indeks di kawasan yang mengalami penurunan signifikan.
Indonesia menghadapi risiko krisis yang mengancam investasi. Pasar saham sebagai sumber pendanaan perusahaan akan kolaps jika tidak ada pembeli, maka berpotensi memicu kebangkrutan dan PHK massal.
Pemerintah bisa melakukan buyback saham namun terkendala anggaran. Solusi ekstrem nya seperti mencetak uang baru justru berisiko memicu inflasi tinggi, memperparah krisis ekonomi dan stabilitas sosial.
“Dua kombinasi PHK dan inflasi bisa memunculkan riot sosial politik di masyarakat. Situasinya mirip 1997 ketika krisis financial Asia terjadi. Dari situ bisa kejahatan non tradisional semakin meningkat dan membuat Indonesia dirasa tidak aman. Ini akan mempengaruhi postur diplomasi indonesia ke depan,” ungkap Citra.
Citra juga menjelaskan bahwa krisis ekonomi memang kerap terjadi dan sebenarnya dapat diatasi. Kunci pemulihan kepercayaan pasar adalah Langkah konkret: kepastian hukum, kebijakan konsisten, pemberantasan korupsi, perlindungan jurnalis, dan komunikasi politik yang lebih baik. Situasi ini mendesak, apalagi dengan jatuh tempo utang Indonesia yang semakin dekat tanpa penanganan cepat, ekonomi bisa memburuk. (*)
Editor : Lutfiyu Handi