
PONOROGO (Lentera) - Ketua Komisi D Kabupaten Ponorogo, Riyanto bersama 6 orang anggotanya melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke mega proyek Monumen Reog yang terletak di lereng Gunung Kapur, Desa Sampung, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo pada, Senin (14/4/2025).
Monumen Reog rencananya dibangun dengan struktur baja setinggi 126 meter dan memiliki 26 lantai ini, diperkirakan menelan anggaran sekitar Rp 80 miliar dari APBD serta mendapatkan suntikan dana sebesar Rp 164,7 miliar dari pemerintah pusat.
Ketua Komisi D Riyanto menegaskan bahwa sidak ini dilaksanakan, untuk menjawab isu yang beredar di masyarakat terkait dengan telatnya penyelesaian proyek pembangunan monumen ini.
"Kegiatan ini penting dilakukan untuk menjawab beberapa isu, tentang kekhawatiran masyarakat yang mempertanyakan mengapa proses pembangunan monumen yang tidak selesai tepat waktu dan anggaran yang dicurigai membengkak mengingat sekarang sedang musim efisiensi." ujar Riyanto saat menjawab pertanyaan Lentera di areal Monumen Reog.
Monumen yang digadang-gadang ketinggiannya melebihi patung Garuda Wisnu Kencana di Bali itu, awalnya direncanakan akan selesai pengerjaannya pada Februari 2025, tetapi karena beberapa kendala akhirnya penyelesaiannya mengalami keterlambatan.
Politisi PDIP ini menjelaskan bahwa sejak awal survei penentuan lokasi monumen yang berpindah sampai tiga kali ini, sudah memakan waktu dan hal ini juga harus diketahui oleh masyarakat.
"Tantangan pertama, adalah menentukan titik lokasi tepat berdirinya Monumen Reog ini yang mengalami perubahan lokasi sampai sebanyak tiga kali. Survei yang mendalam, untuk menentukan titik berdirinya monumen ini juga membutuhkan waktu," paparnya.
Kemudian Riyanto juga menjelaskan bahwa faktor cuaca, juga ikut menentukan kelangsungan pekerjaan mega proyek ini.
"Tantangan kedua, adalah dari faktor alam (cuaca). Karena berada di lokasi ketinggian dan monumen ini juga tinggi, maka pada saat hujan para pekerja juga tidak bisa melanjutkan pekerjaannya. Juga diatas bangunan monumen itu anginnya sangat kencang, jadi crane yang membawa material proyek harus berhenti beroperasi. Karena material proyek yang berayun-ayun (karena tertiup angin kencang), bisa membahayakan keselamatan para pekerja." jelasnya.
Lebih lanjut Riyanto menambahkan harapannya semoga proyek Monumen Reog ini bisa segera selesai pada Juni 2025 mendatang.
"Mudah-mudahan Juni mendatang proyek ini sudah selesai, sesuai dengan anggaran yang sudah ditentukan." pungkasnya.
Reporter: Bagus Satriawan/Editor: Ais