20 April 2025

Get In Touch

Pakar ITS Ingatkan Pentingnya Edukasi dan Pemetaan Daerah Rawan Longsor

Ir Firman Syaifuddin SSi MT menunjukkan lokasi daerah jalur Pacet - Cangar yang mengalami longsor.
Ir Firman Syaifuddin SSi MT menunjukkan lokasi daerah jalur Pacet - Cangar yang mengalami longsor.

SURABAYA (Lentera)- Hujan deras yang melanda berbagai wilayah Indonesia akhir-akhir ini kerap memicu terjadinya tanah longsor, terutama di daerah pegunungan seperti jalur Pacet–Cangar yang baru-baru ini mengalami kejadian serupa.

Menanggapi hal itu, pakar dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Ir. Firman Syaifuddin, S.Si.,M.T.menekankan pentingnya pemahaman masyarakat, mengenai mitigasi bencana tanah longsor.

Firman menjelaskan tanah longsor terjadi ketika tanah, batu, atau puing bergerak ke bawah, akibat gaya gravitasi yang melebihi kekuatan penahan lereng. Daerah dengan tebing curam menjadi lebih rentan, terutama saat tersaturasi oleh air.

“Tebing yang curam akan semakin rawan longsor, jika massa batuan atau tanah lapuknya menjadi berat akibat jenuh air,” jelasnya, Rabu (16/4/2025).

Dosen Departemen Teknik Geofisika ITS ini menyebut, hujan lebat menjadi pemicu utama tanah longsor di Indonesia. Ketika air hujan meresap ke dalam tanah, lapisan tanah menjadi jenuh dan bebannya meningkat.

"Jika beban ini melebihi daya dukung tanah, longsor pun terjadi. Selain itu, peningkatan tekanan air pori akibat hujan memperlemah kekuatan geser material lereng, sehingga memperbesar kemungkinan kegagalan struktur," tuturnya.

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya potensi cuaca ekstrem di Jawa Timur pada 3–12 April lalu, dari data tersebut hujan dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat kerap menjadi pemicu longsor. Hal ini terbukti dari kejadian longsor di jalur Pacet–Cangar pada 3 April.

“Kawasan ini memiliki lereng curam dan berada tepat di bawah saluran irigasi,” tambah Firman.

Firman juga memaparkan hasil diskusi yang dilakukan tim ITS dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur pada 10 April 2025, mengungkapkan bahwa longsor tersebut terjadi di bawah saluran irigasi buatan.

Dimana hujan lebat sebelumnya menyebabkan pohon tumbang yang menyumbat aliran irigasi dan membentuk bendungan alami, air yang tertahan meresap ke dalam tanah dan memicu longsor.

Untuk itu, Firman menyarankan agar pemerintah meningkatkan langkah mitigasi, termasuk memperinci peta kerentanan gerakan tanah atau longsor.

Selain itu, ITS akan bekerja sama dengan BPBD Jawa Timur untuk menyusun peta kerentanan tersebut secara lebih detail sebagai bagian dari upaya penanggulangan bencana.

“Pemetaan wilayah rawan longsor sangat penting untuk membangun kapasitas masyarakat dalam menghadapi potensi bencana. Pengetahuan ini menjadi modal utama dalam kesiapsiagaan,” tutupnya.

pReporter: Amanah//Editor: Ais

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.