
SURABAYA (Lentera)- Budaya bisa jadi seru dan menyenangkan, apalagi kalau dikemas dalam cerita fantasi. Hal inilah yang dilakukan dosen Desain Komunikasi Visual dari Universitas Ciputra (UC) Dr. Shienny Megawati Sutanto.
Ia baru saja merilis novel terbarunya yang berjudul Warisan Dua Dunia, sebuah karya fantasi yang terinspirasi dari kekayaan budaya Tionghoa-Indonesia, khususnya tradisi Lontong Cap Go Meh.
Menariknya, novel ini bukan cuma sekadar karya fiksi biasa. Proyek ini juga merupakan bagian dari disertasinya di program doktoral, yang ia mulai sejak 2022.
Shienny bercerita, dalam Warisan Dua Dunia, ia mengajak pembaca masuk ke dunia fantasi yang kaya unsur budaya peranakan. Ia banyak terinspirasi dari masa kecilnya yang tumbuh dekat dengan Klenteng Hok An Kiong di Surabaya.
"Inspirasi saya dari pengalaman masa kecil. Karena dulu saya sering menemani mama ke situ (Klenteng An Kiong). Itu saya gunakan untuk tokoh utamanya dan latarnya," kata Shienny ketika ditemui Lentera, Selasa (15/4/2025).
Tantangan terbesar dalam pembuatan novel ini, ia menyebut jika pembuatan unsur budaya agar terasa menyatu dalam cerita menjadi salah satu kesulitan yang ia alami. “Menulis budaya itu butuh waktu dan riset yang dalam, supaya pembaca bisa menikmati tanpa merasa digurui,” tutur Shienny.
Meski sibuk mengajar, Shienny tetap menyempatkan diri menggambar 18 ilustrasi untuk novel ini. Salah satu bagian tersulit adalah menggambarkan 12 shio dan arsitektur klenteng dalam gaya kartun khasnya.
"Untuk pembaca digital, saya juga bikin versi e-book-nya hadir penuh warna. Sementara versi cetak tetap tampil kece dalam hitam-putih," tambahnya.
Ia berharap, hadirnya novel Warisan Dua Dunia bisa jadi jembatan bagi generasi muda untuk mengenal budaya Tionghoa-Indonesia dengan cara yang lebih seru dan relatable. “Lewat cerita fantasi, saya ingin budaya bisa terasa fun. Harapannya, anak-anak muda bisa lebih dekat dengan warisan budaya kita sendiri,” tutupnya. (*)
Reporter: Amanah
Editor ; Lutfiyu Handi