
SURABAYA – Setiap tanggal 23 April, dunia merayakan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia diinisiasi oleh UNESCO. Peringatan ini bertujuan untuk mengakui peran penting buku dalam memajukan literasi, pendidikan, dan pemahaman lintas budaya.
Keberadaan buku sebagai sumber pengetahuan dan hiburan telah menghubungkan berbagai generasi dan budaya, memberikan jembatan antara masa lalu, sekarang, dan masa depan.
Tanggal ini dipilih karena memiliki simbolisme besar dalam dunia sastra, mengingat beberapa penulis besar seperti William Shakespeare, Miguel de Cervantes, dan Inca Garcilaso de la Vega meninggal pada hari tersebut.
Setiap tahun, UNESCO memilih sebuah kota yang diberi gelar Ibu Kota Buku Dunia, sebagai bagian dari perayaan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia. Ibu Kota Buku Dunia merupakan kota yang berkomitmen mempromosikan literasi, membaca, dan akses terhadap buku untuk semua lapisan masyarakat.
Tahun ini, kota Rio de Janeiro di Brasil terpilih sebagai Ibu Kota Buku Dunia 2025. Kota yang terkenal dengan pantai-pantainya ini menjadi kota pertama berbahasa Portugis mendapatkan penghargaan tersebut. Rio de Janeiro berencana untuk menjalankan proyek menggarisbawahi bagaimana buku dapat membawa perubahan sosial, termasuk dalam bidang literasi, pendidikan, dan pengentasan kemiskinan.
Selain itu, mereka akan menekankan pentingnya manfaat ekonomi berkelanjutan yang dapat diperoleh melalui industri buku dan literasi. Proyek tersebut bertujuan untuk menciptakan masyarakat lebih inklusif dan berpengetahuan, serta mempromosikan keberagaman budaya yang terkandung dalam dunia sastra.
Perayaan Hari Buku Sedunia tidak hanya terasa di luar negeri, di tanah air sendiri berbagai kegiatan digelar untuk menyemarakkan peringatan ini. Beberapa kampus mengadakan seminar dan diskusi mengenai literasi dan pentingnya buku dalam kehidupan sehari-hari. Penerbit buku serta komunitas literasi turut menyelenggarakan giveaway buku untuk menarik perhatian pembaca dan memperkenalkan karya-karya terbaru kepada masyarakat.
Tak hanya itu, perpustakaan-perpustakaan juga ikut berpartisipasi dalam perayaan ini. Misalnya, Perpustakaan Cikini di Jakarta yang memperpanjang jam operasionalnya hingga pukul 22.00 selama periode 21 hingga 30 April. Ini memberi kesempatan lebih banyak bagi masyarakat untuk mengakses buku dan memanfaatkan fasilitas yang ada di perpustakaan.
Melalui literasi, seseorang dapat memperoleh pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah sosial seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan kurangnya pendidikan.
Penulis: Novi-Mg3/Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber