
SURABAYA (Lentera) -Sabtu pagi terasa melambat malas dibuai waktu akhir pekan. Namun Sunendar (74) telah bergegas meninggakan rumahnya di Tongas, Probolinggo. Pukul 05.00 pagi dia sudah di atas bus jurusan Surabaya.
Sesampainya di Terminal Bungurasih, dia meluncur menggunakan ojek online menuju hotel Regantris di tengah kota Surabaya.
Sekitar pukul 08.30 ia masuk lobi hotel. Kepada panitia Halal Bihalal Temu Kangen Alumni Stikosa-AWS Sunendar menunjukkan ijazah lulus ujian negara Akademi Wartawan Surabaya (AWS). Ijazah Ujian Negara tahun 1974.
Ia mencoba meyakinkan panitia. Saking inginnya ikut acara reuni dan halal bihalal, Sunendar negosiasi dengan jazahnya.
Soal ijazah ini tentu menjadi bahan rasan-rasan di kepanitiaan. Apalagi akhir-akhir ini sedang menjadi polemik luas soal keaslian ijazah Presiden ke-7 Joko Widodo.
Saya masuk ruang acara, terlihat Mas Nendar duduk sendirian. Maklum belum ada teman seangkatan beliau. Pria berambut putih itu mengenakan hem lengan pendek warna biru tua.
“Saya diberitahu Mas Zainal Arifin Emka, jika ada reuni. Saya nekat datang” kelajar Mas Nendar ketika duduk bersama saya.
Nama Sunendar tidak asing, meskipun saya tak pernah berjumpa muka.Yang membuka nama tersebut adalah Mas Budi Prakosa -kawan alumni yang wafat (Jumat, 6/12/2024) lalu.
Mas Nendar masuk kuliah AWS tahun 1972. Sejak awal ia sudah ngetop. Ia dikenal lewat tulisan cerita pendek di beberapa penerbitan. Sekitar 1973-an tulisan Mas Nendar berhasil menembus majalah mingguan berita Tempo, Koran Kompas, dan Sinar Harapan. Zaman segitu jika tulisan wartawan daerah bisa menembus media di Jakarta sesuatu banget.
Dia kemudian menjadi bagian koran milik pemerintah, Karya Dharma. Karirnya terus melejit sampai akhirnya berkarya di Jawa Pos Grup.
Saya mencermati wajahnya. Maklum, kenal namanya belum pernah bertemu langsung. Mas Nendar banyak bertanya kawan-kawan lamanya, antara lain Max Margono (Kompas); Hadiaman Santoso (Sinar Harapan dan harian Surya); Valens Doi (Kompas) dan Anton Suyono (Suara Indonesia).
Raut mukanya terlihat kaget, tatkala saya ceritakan bahwa semua nama yang disebutkan sudah meninggal dunia.
Mas Nendar seketika ceria, setelah muncul sosok Zainal Arifin Emka, Tanjung Suparnadi dan Slamet Oerip Pribadi. Mereka adalah kawan seusianya.
“Limapuluh tahun kita berteman, ya. Dan baru sekarang jumpa kembali,”ujar Mas Nendar dengan mata berbinar.
Jadi wartawan sejak mahasiswa
Saya pilih menepi. Mendekati peserta lain, yang tak kalah senior. Saya jumpai Mas I Made Nariana.
“Usia saya 69 tahun kurang dua bulan,” tuturnya
Mas Made masuk AWS tahun 1969. Sejak kuliah di AWS sudah menjadi wartawan Bali Post. Kemudian menjadi Direktur Marketing Bali TV.
Sebelum pensiun di Bali Post tahun 2011 Mas Made menjadi Direksi PT Bali Post dan Pemred DENPOST, satu grup dengan Bali Post.
Sejak tahun 2013 mendirikan koran baru bernama POS BALI sebagai Pemimpin Umum, sampai sekarang.
Jabatan lain. Sejak tahun 2017 sampai saat ini menjabat sebagai Ketua Umum KONI Kabupaten Badung Bali.
“Saya belum pensiun sebagai wartawan, karena masih sering menulis di POSBALI,” tutup Mas Made.
Perguruan tinggi ilmu Komunikasi pertama
Halal bihalal dan reuni lintas angkatan Stikosa AWS di Regantris Hotel, Jl. Dr Soetomo 79 Surabaya (Sabtu 26/4/2025) berlangsung meriah.
Banyak diantara peserta reuni sudah berusia lansia. Mereka datang dari berbagai kota, antara lain Jakarta, Denpasar, Karawang, Bogor, Lamongan, Probolinggo dan daerah lain.
Acara halal bihalal ini juga dihadiri Ketua Sekolah Tinggi Tinggi Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS), Dr Jokhanan Kristiyono yang datang bersama Athok Murtadhlo, Kabag Kemahasiswaan & DMPR.
Pada kesempatan itu, Jokhanan bercerita saat ini Stikosa AWS mempunyai dua prodi. Yakni prodi Ilmu Komunikasi, yang terdiri dari digital broadcasting & jurnalistik dan prodi Marketing Komunikasi (Marcom).
Dalam pengembangannya, sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini, Stikosa-AWS akan membuka dua prodi baru lagi di tahun 2025. Yakni prodi Media Data Science dan prodi S2 Ilmu Komunikasi.
Sebagai perguruan tinggi ilmu Komunikasi pertama di wilayah Indonesia Timur, Stikosa-AWS berdiri pada tahun 1964. Semula bernama Akademi Wartawan Surabaya (AWS) dengan jenjang pendidikan D3. Sejak 1984, AWS meningkat status menjadi Stikosa AWS dengan jenjang pendidikan S1.
Editor: Arifin BH