
DUBAI (Lentera) -Korban tewas akibat ledakan dahsyat di pelabuhan Iran hingga Minggu (27/4/2025) petang sudah mencapai 40 orang dan lebih dari 1.000 orang terluka. Gubernur Hormozgan Mohammad Ashouri menyampaikan kabar tersebut lewat stasiun televisi pemerintah.
Ledakan terjadi pada Sabtu (26/4/2025) di Pelabuhan Shahid Rajaei, Provinsi Hormozgan, yang terletak 15 kilometer barat dari Bandar Abbas, pelabuhan nomor satu di Iran di pesisir Selat Hormuz. Sejumlah pengamat menyatakan, ledakan diduga dipicu oleh propelan—bahan baku kimia pendorong roket atau peluru—yang akan digunakan dalam proyek rudal balistik Iran. Namun, hal itu dibantah pihak militer Iran.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengunjungi para korban ledakan yang dirawat di rumah sakit terdekat. Pada informasi awal, jumlah korban tewas tercatat 28 orang.
Bahan bakar rudal
Perusahaan keamanan swasta Ambrey mengatakan, pelabuhan tersebut menangani bahan kimia untuk bahan bakar rudal pada Maret 2025. Itu adalah bagian dari pengiriman Ammonium Perchlorate dari China yang diangkut dua kapal kargo ke Iran. Rencana pengiriman pertama dilaporkan The Financial Times pada Januari 2025.
Bahan bakar rudal dan roket itu diperlukan untuk memproduksi kembali persenjataan Iran yang menyusut karena digunakan dalam perang melawan Israel pada Oktober 2024 dan mendukung perjuangan Hamas di Jalur Gaza.
Pihak Israel menyatakan tidak terlibat dalam kejadian ledakan di Pelabuhan Shahid Rajaei. Analisis pemantauan pergerakan kapal yang dilakukan Associated Press memperlihatkan sebuah kapal angkut terpantau pada Maret 2025.
”Api terjadi karena salah penanganan dari bahan bakar padat yang akan digunakan untuk rudal balistik Iran,” demikian laporan Ambrey.
Militer Iran menyanggah informasi adanya pengiriman bahan kimia amonium perchlorate dari China yang mengakibatkan ledakan. Juru Bicara Kementerian Pertahanan Iran Jenderal Reza Talaenik menyangkal mengimpor bahan bakar rudal lewat pelabuhan itu.
”Tidak ada impor atau ekspor bahan bakar untuk kepentingan militer dilakukan di pelabuhan tersebut,” kata Talaeinik melalui sambungan telepon. Dia menyatakan, laporan media Barat tentang bahan bakar rudal tersebut tidak berdasar. Namun, dia juga tidak menjelaskan apa yang memicu ledakan dahsyat di pelabuhan tersebut.
Belum diketahui kenapa otoritas Iran tidak memindahkan bahan kimia berbahaya dari pelabuhan mengingat peristiwa serupa terjadi di tahun 2020 yang menghancurkan Pelabuhan Beirut. Ketika itu, ratusan ton ammonimum nitrat meledak dan menewaskan 200 orang serta melukai 6.000 orang.
Ada dugaan, karena Israel selalu menyerang lokasi pembuatan rudal Iran, akhirnya tidak ada tempat aman untuk memproses bahan baku rudal balistik Iran sehingga dibiarkan berada di gudang pelabuhan.
Beberapa rekaman dari media sosial memperlihatkan ledakan dan kebakaran pada Sabtu di Pelabuhan Shahid Rajaei dengan asap dan lidah api membubung tinggi sebelum ledakan terjadi mirip kejadian ledakan di Pelabuhan Beirut. Suara ledakan terdengar hingga 50 kilometer dari lokasi kejadian.
Suasana tampak mengerikan, pelabuhan hancur dan hangus dengan kepulan asap. Sebuah lubang bekas ledakan terlihat menganga dan mengepulkan asap pekat. Pemerintah setempat menutup sekolah dan kegiatan warga di dekat lokasi kejadian.
Peti kemas terlihat berserakkan di seantero dermaga pelabuhan. Truk serta berbagai kendaraan bermotor terlihat hangus di sekitar lokasi.
Gambar yang diedarkan kantor berita Iran, IRNA, memperlihatkan regu penyelamat dan para penyintas berjalan di sepanjang jalanan yang dipenuhi puing dan bekas ledakan. Lokasi kejadian berjarak 1.000 kilometer selatan ibu kota Teheran.
”Kita sedang mencari tahu apa yang terjadi,” kata Presiden Pezeshkian dalam pertemuan dengan para pejabat tinggi Iran yang dikutip dari Kompas
Laman Times of Israel, Minggu malam, melaporkan, warga setempat diminta Kementerian Kesehatan Iran untuk tinggal di rumah dan diminta menggunakan masker jika terpaksa bepergian.
Pejabat Bea dan Cukai Pelabuhan Shahid Rajaei mengatakan kepada televisi Iran, ledakan kemungkinan dipicu oleh kebakaran dari bahan kimia berbahaya yang disimpan di salah satu gudang.
Menteri Dalam Negeri Iran Eskandar Momeni mengatakan, situasi sudah terkendali di area utama pelabuhan dan para pekerja sudah memulai aktivitas bongkar muat dan kepabeanan. Hari Sabtu adalah awal minggu kerja dalam sistem kalender Iran sehingga Pelabuhan Shahid Rajaei dipadati pekerja dan aktivitas pelabuhan ketika ledakan terjadi.
Kepala Bulan Sabit Merah Iran Pir Hossein Kolivand mengatakan, sekurangnya 190 orang masih dirawat karena luka serius di rumah sakit. Gubernur Hormozgan mengumumkan berkabung tiga hari untuk menghormati para korban.
Presiden Rusia Vladimir Putin, dilaporkan kantor berita Iran, IRNA, mengirimkan pesawat bantuan tanggap bencana ke Provinsi Bandar Abbad untuk membantu penanganan ledakan di Pelabuhan Shahid Rajaei. Putin menyampaikan rasa duka dan keprihatinan.
Adapun televisi China, CCTV, melaporkan tiga warga negara China terluka ringan berdasar keterangan dari Konsulat China di Kota Bandar Abbas yang bertetangga dengan Pelabuhan Shahid Rajaei.
Uni Emirat Arab menyatakan solidaritas dengan Iran. Pemerintah Arab Saudi juga menyampaikan ucapan duka atas musibah tersebut.
Editor:Arifin BH