03 May 2025

Get In Touch

Terbatasnya Lahan jadi Tantangan Investasi Properti di Kota Malang, Kadisnaker Usul Konsep Hunian Vertikal

(Ilustrasi) Hunian vertikal di Kota Malang. (Santi/Lentera)
(Ilustrasi) Hunian vertikal di Kota Malang. (Santi/Lentera)

MALANG (Lentera) - Keterbatasan lahan menjadi tantangan pengembangan investasi properti di Kota Malang, di saat tingginya minat investor pada sektor tersebut.

Dinas Tenaga Kerja, Penanaman Modal, dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Disnaker-PMPTSP) Kota Malang menilai perlu adanya perubahan strategi pembangunan hunian, salah satu solusi yang diusulkan mengadopsi konsep hunian vertikal dinilai lebih adaptif terhadap keterbatasan ruang sekaligus ramah lingkungan.

Kepala Disnaker-PMPTSP Kota Malang, Arif Tri Sastyawan mengatakan luas wilayah Kota Malang yang kian terbatas menjadi faktor utama, yang memengaruhi arah pengembangan investasi di sektor properti. Sementara di sisi lain, permintaan terhadap hunian terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah pendatang dan mahasiswa baru.

"Ke depan, Kota Malang ini harus berpikir karena total luas lahan kita kan gak bertambah. Tiap tahunnya justru banyak mahasiswa baru, maupun pendatang baru," ujar Arif, Jumat (2/5/2025). 

Menurutnya, pertumbuhan penduduk serta angka harapan hidup yang tinggi di Kota Malang dibanding daerah lain di Jawa Timur, turut mendorong lonjakan kebutuhan tempat tinggal. Kondisi ini, kata Arif, menuntut pemerintah kota dan para pelaku usaha properti untuk mencari alternatif solusi yang berkelanjutan.

"Makanya kami harus berpikir ke depan bagaimana menciptakan suatu hunian yang tidak merusak lingkungan, tetapi juga berkaitan dengan kesediaan lahan. Mau tidak mau pasti ke depan Kota Malang akan menggunakan hunian vertikal, harus itu," tambahnya.

Saat ini, dikatakannya, wilayah yang masih memiliki ketersediaan lahan untuk pembangunan hunian hanya berada di Kecamatan Kedungkandang. Sementara di empat kecamatan lainnya, Arif menyebut ruang untuk ekspansi hunian konvensional nyaris habis.

Konsep hunian vertikal seperti apartemen atau rumah susun dinilai sebagai opsi logis yang harus mulai diadopsi secara serius. Namun Arif menekankan, dalam implementasinya konsep ini harus tetap memperhatikan prinsip keberlanjutan lingkungan.

Terlebih, Arif menyebut saat ini daya tarik Kota Malang di mata investor, utamanya berada di sektor kuliner, properti, serta perhotelan. Menurut Arif, saat ini sudah ada beberapa pengajuan izin pembangunan hotel dan apartemen yang sedang dalam proses perizinan.

Di sisi lain, tren investasi di Kota Malang menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sepanjang 2024, total investasi yang masuk tercatat mencapai Rp2,8 triliun. Angka ini jauh melampaui target yang ditetapkan provinsi sebesar Rp 1,4 triliun.

Arif menambahkan, target investasi tahun 2025 masih menunggu penetapan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Namun tren kenaikan diperkirakan berkisar antara Rp 200 miliar dari tahun sebelumnya.

"Kalau melihat pola tahun-tahun sebelumnya, biasanya target dari provinsi akan naik sekitar Rp200 miliar. Maka bisa jadi target Kota Malang di 2025 ada di kisaran Rp1,5 sampai Rp1,6 triliun. Dan kami optimistis bisa mencapainya," imbuhnya.

Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.