
ISLAMABAD (Lentera) -Jumlah korban tewas akibat serangan udara India di wilayah Pakistan pada Rabu (7/5/2025) dini hari bertambah menjadi delapan warga sipil. Hal ini disampaikan oleh juru bicara militer Pakistan dalam pernyataannya.
India serang Pakistan itu dilakukan sebagai tanggapan atas serangan mematikan terhadap wisatawan di Kashmir yang dikelola India pada April lalu.
Pemerintah India menyebut serangan ini sebagai operasi presisi terhadap sembilan lokasi yang disebut sebagai kamp-kamp kelompok bersenjata di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan.
“Pembalasan telah dimulai. Kami tidak akan butuh waktu lama untuk menuntaskan masalah,” ujar Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif kepada AFP.
Ia juga menuding Perdana Menteri India Narendra Modi melancarkan serangan tersebut demi mendongkrak popularitas politik di dalam negeri.
Serangan balasan dan ketegangan di garis depan
Menurut militer Pakistan, target serangan India meliputi lima lokasi, yakni tiga di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan serta dua lainnya di Bahawalpur dan Muridke, wilayah padat penduduk di Provinsi Punjab.
Koresponden AFP yang berada di Kashmir dan Punjab, wilayah yang berada di bawah kendali Pakistan, melaporkan terdengarnya beberapa ledakan hebat sesaat setelah serangan.
Tak lama berselang, India menuduh Pakistan melakukan serangan artileri lintas batas di sepanjang Garis Kontrol (LoC), perbatasan de facto di Kashmir. Ledakan tersebut juga terdengar oleh koresponden AFP di lokasi.
Situasi ini memicu peningkatan konflik antara dua negara bertetangga di Asia Selatan tersebut. Keduanya telah terlibat dalam beberapa perang sejak merdeka dari Inggris pada tahun 1947.
Latar belakang serangan
India secara luas diperkirakan akan melakukan balasan militer atas serangan yang terjadi pada 22 April di Pahalgam, kawasan wisata di Kashmir India.
Dalam peristiwa itu, 26 orang mayoritas wisatawan pria beragama Hindu tewas ditembak oleh sekelompok orang bersenjata. Pemerintah India menyalahkan kelompok Lashkar-e-Taiba, organisasi militan yang berbasis di Pakistan dan telah ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh PBB. Namun, belum ada pihak yang mengeklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Tuduhan ini dibantah oleh Pakistan. Meski demikian, bentrokan bersenjata lintas batas terus terjadi setiap malam sejak 24 April, menurut laporan militer India. Pakistan juga mengeklaim telah melakukan dua kali uji coba rudal sejak ketegangan memuncak.
Mengutip Kompas, seruan dunia internasional Situasi yang kian panas mendorong masyarakat internasional untuk segera mendesak kedua negara menahan diri.
“Dunia tidak mampu menanggung konfrontasi militer antara India dan Pakistan,” ujar Stephane Dujarric, juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, dalam sebuah pernyataan resmi.
Ia menambahkan, Guterres menyerukan pengekangan diri semaksimal mungkin dari kedua pihak. Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga menyatakan harapan agar konflik ini segera mereda.
“Saya berharap pertempuran ini berakhir dengan sangat cepat,” ujarnya kepada wartawan di Washington.
Sementara itu, Kedutaan Besar India di AS mengonfirmasi, Penasihat Keamanan Nasional India Ajit Doval telah memberi pengarahan langsung kepada Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, pascaserangan tersebut (*)
Editor: Arifin BH