09 May 2025

Get In Touch

Dosen Ubaya : Indonesia Berpeluang Jadi Kunci Rantai Pasok Mobil Listrik Global

Dosen Magister Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya), Prof. Ir. Joniarto Parung, Ph.D., IPU.
Dosen Magister Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya), Prof. Ir. Joniarto Parung, Ph.D., IPU.

SURABAYA (Lentera)- Dosen Magister Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya), Prof. Ir. Joniarto Parung, Ph.D., IPU., mengungkapkan, rantai pasok mobil listrik dapat menjadi peluang bisnis baru, meski Indonesia belum mampu memproduksi mobil listrik secara penuh. 

Ia mengatakan, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia sebagai komponen utama baterai lithium-ion. 

"Potensi ini menjadikan Indonesia sangat strategis dalam global value chain kendaraan listrik, terutama untuk manufaktur baterai. Peluang pasarnya juga besar, karena masyarakat kini mulai beralih ke mobil listrik,” ucapnya, Jumat (9/5/2025).

Ia menjelaskan, peluang ini juga nampak melalui penguatan posisi sebagai basis perakitan kendaraan listrik CKD dan SKD (Completely Knocked Down dan Semi Knocked Down), termasuk penciptaan kebijakan untuk akselerasi kendaraan bermotor listrik. 

“Pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan PPnBM 0%, termasuk target local content regulation untuk mencapai minimal 60% di tahun 2027 hingga 2029,” jelasnya.

Meski demikian, ia menegaskan supply chain atau rantai pasok merupakan proses panjang yang memerlukan keterlibatan banyak pihak serta infrastruktur yang terintegrasi, mulai dari sarana prasarana jalan, pelabuhan, percepatan durasi bongkar muatan serta kebijakan pemerintah. 

“Kalau kita lihat negara tetangga seperti Malaysia dan Singapore, mereka hanya perlu hitungan jam sampai 1 hari untuk bongkar muat atau dwelling time termasuk untuk loading ke kapal. Maka, infrastruktur yang kita miliki harus cukup tangguh untuk loading dan bongkar muat. Terutama titik-titik krusial seperti pelabuhan ekspor,” tuturnya. 

Prof. Joni menilai dalam menyambut peluang menjadi rantai pasok, Indonesia perlu mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Ia juga menyebut negara Cina sebagai salah satu negara yang memiliki proses rantai pasok yang canggih dan patut ditiru.

“Perlu menjadi catatan karena SDM-nya belum banyak. Kalaupun ada, harus di-training dulu. Kita bisa belajar dari Cina, bagaimana mereka membangun sistemnya. Mulai dari infrastruktur, pendidikan sumber daya manusia yang sangat masif, hingga perizinan yang terintegrasi,” ucapnya.

Ia juga menyoroti sistem rantai pasok di Indonesia yang belum terintegrasi. Untuk itu, ia menyarankan pentingnya integrasi data. Misalnya peraturan pemerintah antar daerah yang sering berbeda. 

“Jaminan kontinuitas adanya bahan baku supply chain Indonesia masih tidak terlalu kuat. Maka, integrasi data akan membuat prosesnya lebih efektif. Misalnya mengatur kapan beli bahan baku, berapa banyak bahan yang sudah ada supaya tidak banyak menyimpan di gudang,” ujar Prof. Joni. 

Di samping itu, masyarakat juga memiliki peranan besar untuk mendorong proses rantai pasok menjadi lebih efektif, yaitu dengan mengonsumsi produk andalan Indonesia. 

“Misalnya furniture atau tekstil. Adanya demand yang bertumbuh akan mendorong rantai pasok yang dinamis. Karena pengaruhnya juga kembali ke kita, misalnya penjahit, benang dari perkebunan kapas. Atau juga hasil laut dan hasil pertanian. Semakin banyak permintaan, maka semakin banyak penggerak yang terlibat,” tutupnya. (*)

Reporter: Amanah

Editor : Lutfiyu Handi 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.