14 May 2025

Get In Touch

Kadal Buta, Spesies Baru dari Pulau Buton

oto: G.R. Gillespie
oto: G.R. Gillespie

SURABAYA (Lentera) – Tim peneliti internasional berhasil menemukan spesies baru kadal buta dari genus Dibamus yang bersifat endemik di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Spesies baru ini diberi nama Dibamus oetamai sebagai penghormatan kepada almarhum Jakob Oetama, seorang tokoh pers nasional yang memiliki kontribusi besar dalam kemajuan dunia jurnalisme Indonesia.

“Pemberian nama ini adalah bentuk penghormatan yang istimewa. Tidak hanya mengenang figur penting Indonesia, tetapi juga mengabadikannya dalam ilmu pengetahuan,” tulis tim peneliti dalam publikasi di taprobanica.org saat dikutip pada Rabu (14/05/2025)..

Penemuan ini tidak hanya menambah khazanah biodiversitas Indonesia, tetapi juga menjadi bukti bahwa pulau-pulau kecil di wilayah Wallacea, yang merupakan daerah transisi biogeografi antara Asia dan Australia, masih menyimpan banyak misteri kehidupan yang belum terungkap. 

Kolaborasi lintas negara melibatkan para periset dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Institut de Systématique, Évolution et Biodiversité (ISYEB) di Prancis, serta University of Melbourne, Victoria, Australia, berhasil membawa penemuan ini ke permukaan setelah lebih dari 13 tahun penelitian intensif.

Spesies yang ditemukan di hutan hujan dataran rendah Pulau Buton, tepatnya di kawasan Lindung Hutan Lambusango, memiliki penampilan sangat unik. Kadal ini hidup di bawah tanah dan termasuk dalam kelompok fossorial, yakni hewan beradaptasi untuk hidup di bawah permukaan tanah. Betina dari D. oetamai tidak memiliki kaki, sementara jantan memiliki kaki belakang kecil berbentuk sirip. Salah satu ciri khas membedakan spesies ini adalah tubuhnya silindris, licin, dan bersisik halus, menyerupai cacing ketimbang reptil. Mereka juga memiliki mata yang telah mengalami degenerasi seiring dengan adaptasi hidupnya di bawah tanah.

Temuan ini menjadi sangat signifikan karena dalam riset selama lebih dari 13 tahun dan melibatkan lebih dari 70.000 malam perangkap pitfall, hanya 28 individu berhasil ditemukan, menjadikannya sangat sulit untuk ditemui. 

“Reptil Wallacea termasuk kelompok paling kurang dipelajari di Asia Tenggara. Banyak spesies hanya ditemukan di satu pulau, dan bisa sangat berbeda dari kerabat terdekatnya,” ungkap tim peneliti dalam publikasi mereka.

Secara fisik, Dibamus oetamai memiliki panjang tubuh maksimum sekitar 145,7 mm, dengan ekor pendek hanya sekitar 12–14% dari panjang tubuh. Keunikan lainnya adalah dua hingga tiga pita terang membentang pada tubuh mereka, sebuah ciri tidak ditemukan pada spesies lain dalam genus ini. Selain itu, struktur kepala tidak memiliki sutura rostral medial dan lateral serta jumlah dan posisi sisik kepala dan dagu yang khas menjadi pembeda lainnya.

Temuan D. oetamai ini juga membuka pintu untuk revisi taksonomi lama yang menganggap D. novaeguineae sebagai satu-satunya spesies dalam genus Dibamus. Ternyata, di balik nama lama tersebut tersembunyi keragaman taksonomi lebih luas, dan ini hanya satu contoh dari banyak spesies baru yang kemungkinan besar masih menunggu untuk ditemukan di berbagai pulau Indonesia.

Sebagai bagian dari penelitian lebih besar, temuan ini mengingatkan kita akan pentingnya konservasi dan eksplorasi biodiversitas Indonesia, masih menyimpan banyak spesies endemik belum teridentifikasi. Dengan adanya penemuan ini, semakin jelas bahwa keanekaragaman hayati di Indonesia, khususnya di kawasan Wallacea, memerlukan perhatian lebih untuk melindungi dan memelihara kekayaan alam luar biasa ini.

Penulis: Novi-Mg3/Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.