17 May 2025

Get In Touch

Gagas Solusi untuk Pendidikan Kritis, Mahasiswa Unair Juara NEC 2025

Mohammad Pradana Setyawan (kiri) dan Rava Adistya Hanum (kanan) berhasil meraih Juara I dalam ajang National Essay Competition (NEC) 2025.
Mohammad Pradana Setyawan (kiri) dan Rava Adistya Hanum (kanan) berhasil meraih Juara I dalam ajang National Essay Competition (NEC) 2025.

SURABAYA (Lentera)– Dua mahasiswa lintas disiplin ilmu dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya berhasil meraih Juara I dalam ajang National Essay Competition (NEC) 2025, lewat gagasan inovatif bertajuk “Aplikasi Edutainment Berbasis Metaverse dan Blockchain sebagai Solusi Pendidikan Kritis dalam Era Demokrasi Digital.”

Kedua mahasiswa tersebut adalah Mohammad Pradana Setyawan dari Program Studi Teknologi Radiologi Pencitraan, Sekolah Vokasi, dan Rava Adistya Hanum dari Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya.

Dalam esainya, mereka menyoroti rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa Indonesia di tengah pesatnya arus informasi digital. Karya tersebut mengusulkan pengembangan aplikasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berbasis dunia virtual metaverse, dengan dukungan sistem keamanan blockchain serta pendekatan edutainment yang interaktif.

“Kami prihatin melihat maraknya disinformasi dan peran buzzer politik yang memengaruhi siswa. Demokrasi yang sehat membutuhkan generasi yang kritis dan aktif. Karena itu, kami hadirkan solusi yang aplikatif dan futuristik,” kata Pradana, Kamis (15/5/2025).

Ia menjelaskan, gagasan ini lahir dari studi literatur yang komprehensif, mencakup data PISA, kebijakan pendidikan di Tiongkok, hingga dinamika media sosial dan politik Indonesia. 

Fitur aplikasi dirancang berdasarkan analisis SWOT dan dikaitkan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

"Untuk proses penyusunan esai berlangsung selama dua pekan, mulai dari brainstorming, riset akademik, penyusunan argumen, hingga desain teknis aplikasi," jelasnya.

Pradana menyebut menggabungkan konsep teknologi canggih dengan nilai-nilai demokrasi dan pendidikan secara terpadu dan sistematis menjadi tantangan terbesar dalam proses pembuatan inovasinya.

“Menulis itu satu hal, tapi memastikan gagasan kami diterima secara ilmiah dan logis oleh dewan juri adalah tantangan tersendiri,” sebutnya.

Ke depan, Pradana dan tim berencana mengembangkan ide ini menjadi prototype yang dapat diimplementasikan melalui program Kampus Merdeka maupun kerja sama dengan mitra pendidikan.

Keduanya berharap pencapaian ini dapat menginspirasi mahasiswa Unair lainnya untuk terus berinovasi dan menyuarakan ide-ide solutif demi perubahan sosial yang lebih baik.

“Kemenangan ini menyenangkan, tapi yang lebih penting adalah bagaimana ide kami bisa memberi dampak nyata,” tutupnya. 

Reporter: Amanah|Editor:Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.