22 May 2025

Get In Touch

Volatilitas Rupiah Terjaga, BI-Rate Berpotensi Melemah

Volatilitas Rupiah Terjaga, BI-Rate Berpotensi Melemah

JAKARTA (Lentera) - Suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-Rate diproyeksikan turun mengingat volatilitas supiah yang relative terjaga. Hal itu disampaikan Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2025.

“Saya melihat RDG Mei ini adalah momentum yang tepat untuk penurunan suku bunga mengingat volatilitas rupiah relatif terjaga dalam satu-dua pekan ini,” kata Banjaran dikutip dari Antara, Rabu (21/5/2025).

Banjaran mencatat dari sisi global, temporary truce atau “genjatan senjata” sementara perang tarif Amerika Serikat (AS) dan China telah mengurangi eskalasi ketegangan dan ketidakpastian.

Di sisi lain, Indonesia membutuhkan suku bunga yang lebih pro growth sebagai katalisator untuk mendorong pertumbuhan sehingga adjustment dari Bank Indonesia akan sangat membantu ekonomi Indonesia.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa interest rate differential antara surat berharga Indonesia dibandingkan negara-negara di ASEAN juga masih cukup kompetitif.

Sebelumnya, pada Senin (19/5/2025), Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan adanya pemangkasan BI-Rate sebesar 25 basis point (bps) dari level 5,75 persen menjadi 5,5 persen paling cepat pada RDG Mei 2025 apabila rupiah memang relatif stabil.

“Momentumnya saya rasa pas. Karena, yang pertama, (penurunan BI-Rate) untuk mendorong atau menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Andry.

Alasan lainnya, tekanan rupiah seharusnya sudah tidak setinggi pada periode awal di kuartal pertama yang lalu.

Selain itu, inflasi pun dinilai akan tetap rendah pada range target Bank Indonesia. Terakhir, benchmark rate Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain juga masih relatif kompetitif.

Namun, berbeda dengan konsensus mayoritas, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memproyeksikan bahwa BI-Rate dipertahankan pada level 5,75 persen dalam RDG Mei 2025, meski terdapat peluang penurunan ke depannya.

“(BI) masih fokus di stabilitas, dipicu ketidakpastian perang tarif. The Fed juga masih mempertahankan suku bunga patokan,” ujar David saat dihubungi secara terpisah.

Pada kuartal pertama 2025, pertumbuhan PDB Indonesia tercatat sebesar 4,87 persen year on year (yoy), lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,02 persen.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat tipis menjadi 4,89 persen yoy. Sementara pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga menurun menjadi 2,12 persen yoy.

Adapun belanja pemerintah tercatat kontraksi 1,38 persen yoy setelah pada tahun sebelumnya terdongkrak oleh aktivitas Pemilu.

“Ada indikasi perlambatan konsumsi, tetapi lebih disebabkan high base effect (Pemilu tahun lalu) dan belanja pemerintah yang belum optimal,” kata David. (*)

Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.