24 May 2025

Get In Touch

4 Orang Tewas Akibat Banjir Bandang di Australia, PM Nyatakan Keadaan Darurat

Para relawan membantu penduduk setempat membersihkan barang-barang yang rusak akibat banjir dari toko-toko mereka di sepanjang tepian Sungai Manning di Taree pada 23 Mei 2025. Banjir bandang di Australia timur pada 23 Mei, membuat rumah-rumah tertutup lump
Para relawan membantu penduduk setempat membersihkan barang-barang yang rusak akibat banjir dari toko-toko mereka di sepanjang tepian Sungai Manning di Taree pada 23 Mei 2025. Banjir bandang di Australia timur pada 23 Mei, membuat rumah-rumah tertutup lump

SYDNEY (Lentera) -Banjir besar melanda wilayah timur Australia, khususnya New South Wales, sejak awal minggu ini. Air bah yang membawa lumpur dan puing-puing menyapu rumah-rumah serta jalan-jalan, menyebabkan puluhan ribu warga terjebak tanpa akses bantuan.

Empat korban jiwa telah ditemukan di wilayah utara New South Wales, kawasan pertanian subur yang membentang sekitar 400 kilometer dari pesisir dekat Sydney.

Diketahui, bencana ini merupakan hasil hujan ekstrem yang turun deras selama tiga hari, setara dengan curah hujan enam bulan.

Saat air mulai surut Jumat (23/5/2025), tim penyelamat meluncurkan operasi besar-besaran untuk membersihkan dan mengevakuasi warga. Petugas penyelamat Jason Harvey menggambarkan situasi di lapangan.

"Emosi memuncak saat kami menyelamatkan banyak orang yang putus asa saat kami tiba di sana," ujarnya kepada AFP.

Kepala Dinas Darurat Negara Bagian, Dallas Burnes, menyampaikan, lebih dari 2.000 personel sudah dikerahkan untuk misi penyelamatan dan pemulihan.

“Fokus utama kami saat ini adalah memasok kembali kebutuhan bagi masyarakat yang masih terisolasi,” katanya. Hingga kini, sekitar 50.000 orang masih belum mendapatkan bantuan.

Burnes menambahkan, sejak awal banjir, penyelamat telah mengevakuasi lebih dari 600 orang yang terjebak. Banyak warga terpaksa memanjat ke atap rumah, mobil, bahkan jembatan jalan raya sebelum akhirnya diselamatkan oleh helikopter.

Namun, meski air mulai surut, risiko masih membayangi. "Danau air berlumpur yang tersisa bisa jadi sarang ular dan hama lain yang mencari tempat berlindung," ujar Burnes.

Selain itu, ia mengingatkan bahwa banjir bandang di Australia membawa kontaminan dan potensi bahaya kelistrikan yang harus diwaspadai.

Wali kota Kempsey, Kinne Ring, melaporkan kerusakan parah. "Puluhan bisnis terendam, dan rumah-rumah dipenuhi air hingga masuk lewat lantai dasar. Kondisinya mengerikan dan butuh waktu lama bagi air untuk surut," katanya.

PM Australia menyatakan keadaan daruat

Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese menyatakan keadaan darurat dan berjanji adanya dukungan penuh dari pemerintah.

“Ini adalah situasi yang mengerikan. Angkatan Pertahanan Australia akan dikerahkan untuk membantu proses pemulihan,” katanya saat mengunjungi lokasi bencana, mengutip Kompas.

Dampak banjir sangat terasa, terutama di kota Taree. Jeremy Thornton, pemilik usaha lokal, mengatakan banjir ini adalah yang terburuk yang pernah dialaminya.

“Cukup menyakitkan, tapi kami harus menerima dan terus melangkah maju,” ujarnya.

Banjir juga menyebabkan kematian sejumlah hewan ternak. Penduduk setempat melihat sapi-sapi terdampar dan mati di pantai setelah terbawa arus sungai yang meluap dari pedalaman.

Meskipun peringatan banjir sudah dikeluarkan berulang kali, beberapa kota masih sulit diakses hingga Jumat sore. Hal ini menghambat upaya penilaian kerusakan secara menyeluruh.

Pemerintah pun sudah mengumumkan bencana alam agar sumber daya lebih besar dapat dialokasikan untuk pemulihan.

Para ahli cuaca memperingatkan bahwa kejadian ini menjadi salah satu bukti nyata dampak perubahan iklim.

Menurut Mahdi Sedighkia, pakar pemodelan banjir, situasi yang terjadi menunjukkan bagaimana pola cuaca ekstrem dapat terjadi akibat pemanasan laut di sekitar Australia yang mengakibatkan meningkatnya uap air dan curah hujan berlebihan (*)

Editor: Arifn BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.