31 May 2025

Get In Touch

Wong Solo Gandrung Pasar Modal

Subakti Sidik, Wartawan Senior PWI (Dok.Ori)
Subakti Sidik, Wartawan Senior PWI (Dok.Ori)

OPINI (Lentera) -Wong Solo, ternyata tak hanya suka belanja di pasar. Baik Pasar Gede ataupun  Pasar Legi. Atau Supermarket dan Mall.

 Mereka ternyata juga menyukai Pasar Modal. Lho? Di Pasar Modal mereka belanja: saham, obligasi, dan Reksadana.

"Saya nyoba. Lha, gimana uang ditaruh di bank, bunganya semakin kecil. Masih kena pajak pula", ujar seorang ibu muda.

Wanita ini mencoba keberuntungan membeli saham senilai Rp 100 juta. Yang dipilih, saham saham plat merah.

Anda pasti sudah paham. Itu saham-saham BUMN. Mereka merupakan bank - bank yang tergabung dalam "Himbara" (Himpunan bank- bank milik negara), seperti Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN.

Alasannya? "Cari aman", kata dia.

Deposito di bank sekarang ini berkisar antara 2 persen - 3 persen per tahun. Apalagi bunga Tabungan. Lebih rendah lagi. Itupun masih dipotong pajak.

Pasar Modal

Tak sedikit mereka yang membelanjakan uang di Pasar Modal. Besarnya bukan hanya miliaran rupiah.

"Sebulan, transaksinya rata-rata mencapai antara Rp 1 triliun - Rp 3 triliun," ujar M.Wira Adibrata, Kepala BEI Jateng 2.

Busyet..! Angka ini sangat besar. Tahun 2023 lalu, untuk wilayah Solo Raya, transaksinya mencapai Rp 19,6 triliun. Tahun 2024 kemarin, melonjak. Tembus Rp 21,6 triliun.

Seiring terus melajunya peningkatan jumlah investor. Optimistis, jumlah transaksi akan terus meningkat.

"Penambahan jumlah investor itu per bulannya antara 1.000 - 2.000," kata Branch Representative PT Phillip Sekuritas Indonesia Solo, Eko Nuriyanto.

Dari enam kabupaten/kota: Solo kontribusi transaksinya terbesar. Tahun 2023 mencapai Rp 9 triliun. Tahun 2024 meningkat menjadi sebesar Rp 10,3 triliun.

Bayangkan. Kota kecil berpenduduk 500 ribu. Ternyata punya potensi segede itu.

Begitu besarnya animo masyarakat terhadap Pasar Modal. Maka bermunculan perusahaan sekuritas.

Sampai saat ini tercatat ada 22 cabang perusahaan sekuritas.

Masyarakat punya banyak pilihan. Pilih perusahaan sekuritas mana.

Jika nasib mujur, keuntungan yang diperoleh dari saham, obligasi, dan Reksadana memang jauh lebih besar dari deposito.

Semakin bagus perkembangan perusahaan. Semakin tinggi valuasi. Harga sahamnya akan terus naik. Semakin banyak saham yang dimiliki, makin besar pula cuan yang didapat.

Namun seorang pebisnis paham. Jika keuntungan lebih besar. Lebih besar pula resikonya.

Investor saham yang sekarang sedang pusing adalah yang menanam sahamnya di PT Sritex, Sukoharjo.

Perusahaan ini bangkrut. Utangnya membengkak, mencapai Rp 29,8 triliun. Itu diperoleh dari 1.654 kreditur. Sedang asetnya hanya Rp 9,6 triliun.

Jelas, tak mungkin bisa menutup utang-utangnya. Krisis Sritex diperparah terjadinya Covid-19.

Kalau perusahaan bangkrut begini, lalu nasib pemegang sahambagaimana? Mereka akan kehilangan uangnya.

Padahal saham Sritek yang dimiliki masyarakat tidak sedikit. Emiten berkode SRIL ini sahamnya dimiliki publik sebesar 40 persen.

Sejak disuspensi Bursa Efek Indonesia (BEI) 2021. Saham Sritex ini harganya hanya Rp 146 per lembar. Padahal, harga tertinggi sebelumnya mencapai Rp 700 per lembar.  

Harga drop itu terjadi sejak 2021, ketika kinerja perusahaan tekstil itu menurun terus. Hal demikian tentu tak diinginkan pemegang saham.

Inilah yang disebut risiko. Ketakutan  pada contoh kegagalan investasi saham seperti itu.

Ada pepatah : Jika takut gelombang. Janganlah berlayar.

Contoh yang menggiurkan adalah keberhasilan Telkom. Tahun 2025 membagikan deviden sebesar Rp 21 triliun. Setara 89 persen dari laba bersih 2024.

Besaran itu mengalami kenaikan 19 persen dari tahun lalu.  

Contoh lain, PT Perusahaan Gas Negara. Tahun ini membagikan deviden US $271,54 juta  atau 80 persen dari laba bersih.

Jumlah itu mengalami kenaikan dibanding tahun lalu. THN 2023, deviden yang dibagikan sebesar US $222,43 juta (*)

Penulis: Subakti Sidik, Wartawan Senior PWI|Editor: Arifin BH

Share:

Punya insight tentang peristiwa terkini?

Jadikan tulisan Anda inspirasi untuk yang lain!
Klik disini untuk memulai!

Mulai Menulis
Lentera Today.
Lentera Today.