
SURABAYA (Lentera) -Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media, Universitas Ciputra Surabaya (FIKOM UC), menggelar forum diskusi terbuka bertema “AI and the Future of the Film Industry: Threat or Opportunity?” di Integrity Hall, Ciputra World Mall Surabaya. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Ciputra Film Festival yang ke-4 (4th CFF).
Direktur Film, Musik dan Seni, Kementerian Kebudayaan, Syaifullah, S.E., M.Ec., Ph. D, mengatakan dunia perfilman di Indonesia mengalami kemajuan pesat. Masyarakat Indonesia kini tidak hanya menjadi penikmat film buatan luar negeri, namun juga menikmati karya-karya dalam negeri.
"Film-film nasional juga telah mendominasi layar lebar, yang menunjukkan kuantitas dan kualitas produksi film dalam negeri terus meningkat," kaya Syaifullah, Kamis (29/5/2025).
Syaifullah juga memberikan apresiasi kepada Ciputra Film Festival yang telah konsisten memberikan ruang bagi para sineas untuk unjuk karya.
"Ke depan, Kementerian Kebudayaan akan terus mendukung kegiatan yang digagas oleh anak muda ini untuk memajukan iklim perfilman Indonesia," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, turut hadir Motulz Anto merupakan praktisi kreatif digital dan edukator AI yang dikenal lewat kontennya di berbagai media sosial. Saat ini Motulz menjadi staf khusus Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi).
Salah satu film karyanya yakni Perjalanan Waktu TVRI (2024), membuktikan bahwa sineas bisa berkarya dengan memanfaatkan Artificial Intelligence (AI).
Dengan menggunakan generative AI, Motulz menggambarkan sejarah perkembangan TVRI melewati berbagai rezim secara audio visual.
"Dalam pembuatan sebuah film, kita dapat memanfaatkan AI dalam penyusunan naskah, editing otomatis, hingga pertanyaan etis mengenai orisinalitas karya," ungkapnya.
Ia menjelaskan, AI memainkan peran penting dalam dunia perfilman, mulai dari tahap praproduksi hingga pascaproduksi.
Dalam hal penulisan naskah atau scriptwriting misalnya, AI dapat membantu menulis ide cerita, dialog, hingga menyusun struktur naratif berdasarkan data dari ribuan film yang ada.
"ChatGPT atau Sudowrite dapat digunakan untuk brainstorming ide atau memperbaiki dialog," jelasnya.
Selain itu, AI juga dapat digunakan untuk menganalisis skenario dan memprediksi potensi kesuksesan film secara komersial.
"Perusahaan seperti ScriptBook menggunakan AI untuk menilai apakah naskah akan berhasil di box office," tambahnya.
Tak hanya itu, AI juga dapat digunakan untuk memprediksi perilaku audiens, menentukan waktu rilis terbaik, membuat trailer otomatis, dan menyasar target penonton yang tepat.
"AI juga dapat membantu dalam penerjemahan otomatis, pembuatan subtitle, dan pengenalan suara untuk aksesibilitas global. Tergantung bagaimana cara kita memanfaatkan teknologi tersebut," tutupnya.
Diketahui, dalam kegiatan ini turut menampilkan 4 film lintas negara dari Iran, Bulgaria, dan Indonesia. Film-film tersebut menghadirkan nuansa horor, thriller, supernatural, hingga sci-fi. Film-film ini menonjolkan alur cerita dan sinematografi yang anti mainstream.
Dengan pengisahan dan penggambaran yang berbeda dengan apa yang ada di pasar pada umumnya, film-film ini ingin menunjukkan bahwa interpretasi dan kreativitas sineas tidak dapat dibatasi hanya oleh selera pasar.
Reporter: Amanah|Editor: Arifin BH