
JAKARTA (Lentera) -Penyanyi senior Titiek Sandhora mengatakan musisi muda harus tetap menjadi diri sendiri dan menampilkan dirinya dengan sesuatu yang baru agar bisa bertahan di industri musik.
“Kalau mau tampil itu punya ciri sendiri jangan meniru, pokoknya dia tampil dengan dirinya dengan sesuatu yang baru,” kata Titiek saat ditemui dalam acara “Harmoni Zaman 60-an” di Jakarta, Sabtu (31/5/2025).
Titiek mengatakan untuk bisa bertahan di industri musik saat ini, harus memiliki sesuatu yang menjadi ciri khas sendiri agar memberi kesan baru dan membuat orang yang melihat terperangah.
Ia juga mengatakan di era sekarang mungkin kompetisi untuk menjadi terkenal sudah dibilang mudah, namun ada baiknya tetap tidak sombong dan berusaha mencintai bakat yang ada pada dirinya agar tetap bertahan di industri musik modern.
“Pertama harus cinta dengan bakatnya, kalau cinta mau tidak mau dia akan memajukan bakatnya, tinggal kita tampil dengan cara kita sendiri, tidak boleh sombong,” kata istri dari penyanyi dan rekan duet legendaris Muchsin Alatas.
Titiek mengatakan, agar lagu-lagu para musisi bisa everlasting harus bisa menciptakan sesuatu yang disukai pendengar dan bisa relevan di berbagai era. Namun, abadinya sebuah lagu juga tergantung dari penikmat musik itu sendiri.
Jika lagu tersebut sering dinyanyikan maka bisa dikatakan lagu tersebut bisa abadi dan masuk ke hati para pendengar.
Mengutip Antara, pada acara “Harmoni Zaman” Titiek Sandhora tampil bersama sang suami Muchsin Alatas membawakan lagu hits mereka seperti “Dunia Belum Kiamat”.
Titiek dan Muchsin dikenal sebagai partner duet legendaris dengan lagu-lagu cinta, serta sebagai simbol abadi cinta yang tak lekang waktu.
Selain Titiek Sandhora dan Muchsin Alatas, “Harmoni Zaman” juga menampilkan penyanyi era 60-an lainnya seperti Ernie Djohan yang terkenal dengan lagu “Teluk Bayur” dan “Batas Kota”, serta Tetty Kadi yang menyanyikan lagu “Sepanjang Jalan Kenangan” (*)
Editor: Arifin BH