
TRENGGALEK (Lentera) – Usai banjir bandang dan tanah longsor melanda sejumlah wilayah di Trenggalek pada 19 Mei lalu, Bupati Mochamad Nur Arifin langsung mengambil langkah cepat dengan menggelar rapat koordinasi penanganan pasca bencana. Dalam rapat yang berlangsung di Gedung Bawarasa, Senin (2/6/2025).
Mas Ipin menegaskan pentingnya relokasi ke tempat yang benar-benar aman serta mengajak seluruh perangkat daerah bergerak bersama dalam penanganan bencana. “Ini soal keselamatan, kita tidak boleh main-main,” tegasnya.
Bencana tersebut dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi yang menyebabkan banjir bandang di lima kecamatan: Trenggalek, Pogalan, Gandusari, Kampak, dan Munjungan. Sementara itu, tanah longsor di Dusun Kebonagung, Desa Depok, Kecamatan Bendungan, menelan enam korban jiwa.
Menanggapi kondisi tersebut, Mas Ipin menyampaikan bahwa relokasi warga terdampak menjadi prioritas utama. Kebutuhan dasar warga, seperti air bersih, juga tengah dipenuhi sambil menunggu proses relokasi berjalan.
“Untuk Desa Depok, sudah diusulkan lokasi relokasinya oleh kepala desa, dan Pemerintah Provinsi juga siap membantu seperti kasus-kasus sebelumnya,” katanya.
Selain itu, ia menyoroti pentingnya patroli malam hari mengingat aktivitas warga masih tinggi meskipun daerah mereka terdampak. “Kita tidak tahu kapan hujan turun lagi, warga masih beraktivitas karena di sanalah mata pencaharian mereka,” ujarnya.
Dalam rapat tersebut, Mas Ipin juga menyinggung kondisi di Desa Ngares, di mana warga diminta bersedia melepas sebagian lahannya untuk pembangunan tanggul oleh BBWS/Kementerian PUPR. “Kalau hari ini sudah ada kesepakatan bermaterai, pembangunan bisa langsung dimulai,” ucapnya.
Ia pun menekankan pentingnya peran aktif seluruh dinas untuk ikut serta dalam upaya mitigasi. “Dinas pertanian jangan bilang ini bukan kewenanganmu. Tugasmu memastikan lahan pertanian tidak tenggelam. Meninggikan tanggul dan memperdalam irigasi juga bagian dari menjaga ketahanan pangan,” tegasnya.
Terkait lokasi relokasi di Depok, Mas Ipin mengungkapkan bahwa kawasan tersebut rawan karena kondisi tanahnya tidak stabil. “Topsoil-nya dangkal, batuannya berisiko longsor. Kita butuh lahan yang aman dan layak dari sisi teknis dan anggaran,” jelasnya.
Sementara untuk relokasi warga Ngares, Mas Ipin mengatakan pendekatannya lebih fleksibel. “Relokasinya tidak terpusat karena warga punya tanah sendiri. Jadi kita tinggal bangunkan saja, dan itu lebih ringan,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pembangunan tanggul mendesak dilakukan. “Kita sudah kirim data ke Kementerian PU lewat WhatsApp, tim kaji cepat sudah turun. Sekarang tinggal tunggu surat pernyataan dari warga. Lahannya juga tidak luas, hanya sekitar 100 meter persegi,” tandasnya.
Reporter: Herlambang|Editor: Arifin BH