
MALANG (Lentera) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang mencatat sebanyak 190 kasus HIV teridentifikasi selama periode Januari hingga Mei 2025.
Menyikapi hal ini, Dinkes tengah menyasar kelompok remaja dan mahasiswa melalui kampanye edukatif bertajuk #CekTuntas. Guna menekan potensi penularan di kalangan usia muda dan produktif.
"Kalau terkait dengan kasus, dari data yang kami update, kasus ODHIV dari Januari sampai Mei 2025 itu ada 190. Sedangkan pada tahun 2024, pada periode yang sama ada 211 kasus," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Malang, Meifta Eti Winindar, Selasa (3/6/2025).
Meifta menegaskan, kampanye #CekTuntas bukan semata-mata karena adanya peningkatan kasus. Melainkan bagian dari program nasional dalam upaya eliminasi HIV, TB, dan malaria pada 2030.
"HIV ini program nasional. Jadi, kami memang terus mengampanyekan, mengedukasi masyarakat, baik melalui musrenbang tematik maupun sosialisasi di kelurahan," jelasnya.
Lebih lanjut, dalam unggahan kampanye #CekTuntas di akun resmi Instagram Dinkes Kota Malang, tertuliskan "Isu HIV di Kota Malang semakin nyata, tapi sayangnya banyak yang masih pura-pura tidak peduli. Padahal kasusnya terus meningkat. Banyak di antaranya remaja dan mahasiswa."
Menanggapi hal ini, Meifta menjelaskan kelompok remaja dan mahasiswa dianggap rentan karena berada dalam usia yang disebutnya sebagai fase "coba-coba".
Menurutnya, banyak dari mereka yang masih minim pemahaman soal penularan HIV dan cenderung ingin bereksperimen dengan perilaku yang berisiko.
"Misalnya kemudian mencoba-coba hubungan seks bebas. Yang di situ mereka tidak pernah menyangka meskipun hanya sekali. Tetapi kalau itu dilakukan dengan orang yang menderita HIV/AIDS maka bisa tertular," katanya.
Selain hubungan seksual berisiko, penggunaan jarum suntik narkoba juga menjadi salah satu faktor yang diantisipasi pada kelompok usia muda. "Bisa jadi dari wilayahnya mereka belum mendapatkan informasi yang tepat terkait penularan HIV/AIDS," tuturnya.
Di sisi lain, Meifta juga menyoroti masih kuatnya stigma negatif terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHIV) di masyarakat. Ditegaskannya, tidak semua ODHIV tertular karena perilaku menyimpang, sebab penularan juga bisa terjadi melalui jalur nonseksual.
"Penularan HIV tidak selalu karena seks bebas. Bisa dari si Ibu saat melahirkan, dari penggunaan jarum suntik narkoba, atau dari pasangannya sendiri. Jadi tidak semua berperilaku menyimpang," tegasnya.
Menurutnya, meskipun positif HIV, seseorang tetap bisa menjalani hidup normal jika rutin mengonsumsi obat dan menjaga diri. Mereka tetap bisa beraktivitas, berkarya, dan bermanfaat bagi orang lain sebagaimana masyarakat pada umumnya.
Dinkes Kota Malang juga menekankan pentingnya deteksi dini melalui tes HIV dan konseling. Jika hasilnya reaktif positif, pengobatan bisa segera diberikan agar virus tidak berkembang dan tidak menurunkan sistem imun tubuh secara drastis.
"Kami di Kota Malang sudah ada hampir 30 fasyankes untuk memberikan layanan HIV/AIDS. Semua 16 puskesmas di Kota Malang juga sudah bisa. Ada beberapa RS, klinik, yang bukan hanya testing HIV/AIDS tetapi juga bisa memberikan pelayanan untuk pengobatannya," pungkasnya. (*)
Reporter: Santi Wahyu
Editor : Lutfiyu Handi