08 June 2025

Get In Touch

UC Gelar Fashionology 2025 “Beyond Boundaries: Creativity, Culture & Collaboration”

Kegiatan Fashionology 2025 yang dihadirkan Universitas Ciputra. (Amanah/Lentera).
Kegiatan Fashionology 2025 yang dihadirkan Universitas Ciputra. (Amanah/Lentera).

SURABAYA (Lentera) - Program Studi Fashion Product Design and Business, Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra (UC)  Surabaya kembali menggelar Fashionology 2025 pada 6–8 Juni 2025 di Ciputra World Surabaya. Mengusung tema “Beyond Boundaries: Creativity, Culture & Collaboration”, Fashionology 2025 menjadi panggung kreativitas lintas batas yang mempertemukan budaya, teknik desain, dan kolaborasi global. 

Ketua Program Studi sekaligus Ketua Acara, Yoanita Kartika Sari Tahalele, mengatakan kegiatan ini diikuti sebanyak 33 mahasiswa tugas akhir (semester 8) menampilkan koleksi busana yang lahir dari riset dan eksplorasi desain bertema isu sosial, budaya, dan keberlanjutan, mulai dari gaun malam, streetwear, hingga pakaian anak.

“Setiap karya membawa pesan dan narasi yang mencerminkan jawaban kreatif atas isu sosial dan budaya hari ini. Desain harus menjawab tantangan zaman, memiliki nilai estetika dan komersial, serta siap bersaing di pasar global," ucapnya, Sabtu (7/6/2025).

Ia menjelaskan, dalam kegiatan ini juga diikuti oleh mahasiswa semester 4 yang menampilkan karya kolaboratif dengan Pemkot Surabaya menggunakan batik khas Surabaya dari UMKM lokal. 

"Sementara, untuk mahasiswa semester 6 berkolaborasi dengan Pemkab Ponorogo untuk mengangkat batik reog dalam proyek desain nyata berbasis kebutuhan klien," tuturnya.

Fashionology 2025 juga menghadirkan karya dari empat universitas mitra internasional: Tsinghua University dan Donghua University (China), Shih Chien University (Taiwan), dan TAR UMT (Malaysia). Masing-masing menampilkan enam koleksi mahasiswa, menambah kekayaan perspektif dan keberagaman desain.

Selain pagelaran busana, acara ini juga meliputi pameran tugas akhir, lomba desain internasional, serta diskusi interaktif bertema “Sustainable Fashion: Global Shifts in Fashion Design & Business” yang melibatkan akademisi dan praktisi dari dalam dan luar negeri.

"Melalui Fashionology 2025, kami ingin menunjukkan bahwa karya fashion bukan hanya produk estetika, tetapi juga medium komunikasi, identitas, dan kontribusi nyata terhadap isu lingkungan dan sosial global," pungkasnya.

Sementara itu, salah satu mahasiswa semester akhir Whenny Halim menampilkan koleksi “Plastic Precious”. Koleksi ini merupakan busana ready to wear deluxe yang dilatar belakangi oleh keprihatinan terhadap isu limbah plastik, khususnya dari kemasan produk skincare yang menjadi salah satu penyumbang terbesar limbah nasional.

Dalam koleksinya, Whenny mengolah limbah plastik kemasan skincare menjadi elemen desain utama dalam koleksi fesyen. Terinspirasi dari seni mozaik, eksplorasi dilakukan terhadap variasi jenis, warna, bentuk, dan tekstur limbah kemasan skincare. 

"Berdasarkan penelitian menunjukkan plastik jenis Polyethylene Terephthalate (PET) dengan kode daur ulang 1 memiliki potensi besar untuk diolah kembali menjadi produk fesyen karena sifatnya yang tahan panas, kuat, dan reflektif. Oleh sebab itu saya gunakan dalam desain ini," jelasnya.

Ia menjelaskan, proses upcycling dilakukan melalui enam tahap. Mulai dari pengumpulan, penyortiran, pencucian, pemotongan, peleburan, dan pelubangan, hingga menghasilkan sequin daur ulang yang menarik secara visual dan fungsional setara dengan sequin konvensional. 

Sequin nantinya dirangkai diatas elemen bordir yang terinspirasi dari bentuk mozaik, dan kaca patri pada era Art Nouveau, dan adapula sequin yang dirangkai langsung pada kain. 

Pengembangan desain menggunakan metode Design Thinking, melalui tahapan empathize, define, ideate, prototype, dan test, menghasilkan lima busana ready to wear deluxe yang berhasil mengubah limbah kemasan skincare menjadi produk bernilai estetika, ekonomi, dan sosial.

"Lewat koleksi ini saya ingin menunjukkan bahwa limbah plastik juga dapat digunakan dalam dunia fesyen," tutupnya.  (*)

Reporter: Amanah
Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.