
SURABAYA (Lentera) - Anggota Komisi D DPRD Jawa Timur, Harisandi Savari, menyoroti ketimpangan pembangunan di Madura meski Jembatan Suramadu telah beroperasi sejak 2009. Ia menilai, jembatan sepanjang 5.438 meter itu belum mencapai tujuan awal pembangunannya, yakni untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Pulau Garam, sebab masih termiskin.
Menurut Harisandi, kehadiran Jembatan Suramadu memang berhasil meningkatkan aksesibilitas antara Surabaya dan Madura. Namun, manfaat ekonomi yang diharapkan belum sepenuhnya dirasakan masyarakat. “Empat kabupaten di Madura masih tercatat sebagai daerah termiskin di Jawa Timur,” ungkapnya, Rabu (11/6/2025).
Ia menekankan bahwa untuk mengatasi kemiskinan, perlu dibuka lapangan pekerjaan secara luas. “Salah satu solusinya adalah menghadirkan investasi yang dibarengi dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM),” ujarnya.
Namun, tantangan utama yang dihadapi Madura saat ini adalah persoalan infrastruktur. Menurutnya, persepsi tentang investasi di Madura masih negatif, sehingga membuat investor enggan menanamkan modalnya.
“Investor masih menilai Madura sebagai daerah yang belum kondusif untuk pengembangan usaha. Padahal, jika mereka bisa melibatkan masyarakat, efeknya akan sangat positif bagi peningkatan kesejahteraan,” jelas Harisandi.
Meskipun manfaat Jembatan Suramadu belum optimal, Harisandi mengakui ada dampak positif yang mulai terlihat. Di antaranya adalah pertumbuhan pelaku UMKM dan peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) Madura.
Namun ia mengingatkan, selain mendorong manfaat ekonomi, pemerintah juga harus fokus pada perawatan dan pengamanan jembatan.
“Kami tidak hanya memperjuangkan aspek perawatan, tapi juga keamanannya. Jembatan Suramadu harus tetap menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk datang ke Madura,” tegasnya.
Harisandi berharap pemerintah lebih serius memperbaiki infrastruktur dan menyiapkan SDM agar kehadiran Suramadu bisa benar-benar menjadi motor penggerak kemajuan Madura. (*)
Reporter : Lutfi
Editor : Lutfiyu Handi