17 June 2025

Get In Touch

Militer Iran, dari Rudal Hingga Kecerdasan Buatan

Agus Indiyono, wartawan
Agus Indiyono, wartawan

OPINI (Lentera) -Ketegangan antara Iran dan Israel semakin meningkat setelah militer Iran mengeluarkan peringatan keras kepada warga Israel agar segera meninggalkan wilayah pendudukan.

Peringatan tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Kolonel Reza Sayyad, dalam sebuah pernyataan resmi yang disiarkan oleh media pemerintah Iran pada Minggu malam (15/6/2025).

Dalam pernyataannya, Kolonel Sayyad menegaskan bahwa militer Iran telah melancarkan serangkaian serangan presisi ke sejumlah titik strategis di wilayah Israel. Serangan tersebut menyasar fasilitas militer, pusat komando, instalasi keamanan, serta kediaman para pemimpin militer dan ilmuwan pertahanan Israel.

“Peringatan bagi Anda dalam beberapa hari mendatang: Tinggalkan wilayah yang diduduki, karena, sudah pasti, wilayah tersebut tidak akan dapat dihuni lagi di masa mendatang,” tegas Sayyad, dikutip dari IRNA dan PressTV.

Sayyad juga memperingatkan warga Israel agar tidak menjadi korban dari kebijakan militer pemerintahnya sendiri. Ia menyebut pemerintah Israel sebagai “rezim kriminal” yang tega menjadikan rakyatnya sebagai tameng hidup atau human shield.

“Jangan biarkan rezim kriminal menjadikan Anda perisai manusia,” ujarnya.

Lebih lanjut, Kolonel Sayyad menegaskan bahwa tempat-tempat perlindungan bawah tanah yang biasa digunakan masyarakat Israel untuk berlindung dari serangan udara tidak akan mampu melindungi mereka.

“Tempat perlindungan bawah tanah tidak akan menyelamatkan kalian,” tegasnya, menyiratkan keyakinan Iran atas kecanggihan senjata yang digunakan dalam operasi militer tersebut.

Ultimatum keras Iran ini muncul di tengah memanasnya eskalasi konflik antara kedua negara. Gelombang serangan terbaru dari Iran disebut sebagai balasan atas serangan udara Israel ke wilayah Iran sebelumnya, yang juga menewaskan warga sipil dan merusak sejumlah fasilitas penting.

Sejauh ini, pihak pemerintah Israel belum mengeluarkan tanggapan resmi terkait ancaman langsung tersebut. Namun, laporan dari media lokal Israel menyebutkan bahwa sistem pertahanan udara Iron Dome terus diaktifkan untuk menghadapi ancaman lanjutan dari Iran.

Situasi di kawasan Timur Tengah pun semakin tegang, dengan kekhawatiran eskalasi besar yang bisa melibatkan kekuatan regional maupun internasional. Komunitas internasional, termasuk PBB, telah menyerukan deeskalasi dan dialog untuk mencegah konflik meluas.

Bagaimana Iran bertahan sekaligus menyerang Israel

Keberhasilan Iran meluncurkan ratusan rudal meski diserang secara intensif oleh Angkatan Udara Israel (IAF) bukanlah kebetulan.

Iran telah mengembangkan doktrin militer yang berfokus pada kelangsungan sistem peluncuran rudal.

Selama dua dekade terakhir, Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) membangun jaringan peluncur rudal berlapis, yaitu peluncur tetap, peluncur bergerak, dan peluncur bawah tanah.

Peluncur bawah tanah menjadi perhatian tersendiri karena memungkinkan operasi peluncuran dilakukan sepenuhnya dari dalam tanah—mulai dari pemuatan, pengisian bahan bakar, hingga peluncuran—tanpa terdeteksi hingga saat terakhir.

Iran bahkan pernah mempublikasikan fasilitas bawah tanah ini untuk mengirim sinyal bahwa infrastrukturnya tahan terhadap serangan udara.

“Mereka telah belajar dari Korea Utara dan Al Qaeda,” ungkap seorang pejabat militer Israel.

Rudal canggih: Haj Qassem

Dalam serangan terbaru, Iran dikabarkan menggunakan rudal balistik berpemandu generasi baru bernama Haj Qassem, yang dilaporkan mampu menembus sistem pertahanan udara Iron Dome dan THAAD.

Rudal ini memiliki kecepatan Mach 11 saat masuk atmosfer dan mampu membawa hulu ledak seberat 500 kilogram sejauh 1.200 kilometer.

Walau Israel membantah bahwa rudal baru digunakan dalam serangan tersebut, para analis Barat mengakui bahwa program rudal Iran mengalami kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Kecerdasan buatan

Selain rudal, Iran juga memanfaatkan taktik berbasis elektronik. IRGC mengeklaim berhasil membuat sistem pertahanan udara Israel "menyerang diri sendiri" dalam kekacauan sistem komando dan kendali.

"Selama operasi ini, sistem pertahanan multi-level musuh gagal dan mulai saling menyerang," klaim IRGC, seperti dikutip kantor berita Tasnim.

Disebutkan bahwa keberhasilan itu dicapai berkat metode baru dalam peralatan dan intelijen.

Penulis: Agus Indiyono, pernah menjadi Koresponden Harian Kompas di Maroko|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.