
MALANG (Lentera) - Menjelang tahun ajaran baru 2025/2026, calon siswa Sekolah Rakyat (SR) di Kota Malang diketahui didominasi oleh warga Kecamatan Kedungkandang.
Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB) Kota Malang, Donny Sandito, mengatakan proses penjaringan calon siswa Sekolah Rakyat telah berlangsung. Dengan jumlah rombongan belajar (rombel) untuk tingkat SMP ditetapkan sebanyak empat rombel.
"Total ada 97 siswa untuk jenjang SMP. Satu rombel idealnya berisi 25 siswa, tapi karena ada yang mengundurkan diri, jumlahnya saat ini belum genap 100," ujar Donny, Kamis (19/6/2025).
Dijelaskannya, wilayah timur Kota Malang, yakni Kecamatan Kedungkandang menjadi wilayah dengan jumlah calon siswa terbanyak. Hal ini menunjukkan wilayah tersebut memiliki tingkat kebutuhan intervensi sosial yang cukup tinggi dalam konteks pendidikan. "(Calon siswa) paling banyak itu warga Kedungkandang," tambahnya.
Donny juga menjelaskan, untuk jenjang SMP, calon siswa SR akan menempati gedung Poltekom Malang. Sedangkan untuk tiga rombel jenjang SMA, menurutnya kegiatan belajar mengajar akan menempati salah satu gedung milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang berada di Jalan Kawi, Kota Malang.
Lebih lanjut, Donny menyampaikan seluruh calon siswa SR telah melalui tahapan pendataan. Termasuk pengukuran seragam dan pencatatan perlengkapan sekolah yang difasilitasi langsung oleh Kemensos melalui dinas sosial setempat.
Setelah proses administratif ini, akan dilanjutkan dengan serangkaian pemeriksaan seperti tes psikologi dan kesehatan. "Tes psikologi dan kesehatan ini bukan untuk menentukan diterima atau tidak, tetapi untuk melihat kondisi masing-masing anak. Misalnya, kalau ada penyakit menular, itu akan ditangani dulu supaya tidak menyebar ke siswa lain," jelasnya.
Donny juga menegaskan, seluruh calon siswa Sekolah Rakyat merupakan anak-anak dari keluarga tidak mampu. Mereka berasal dari kelompok desil 1 dan 2 dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), yang telah diverifikasi melalui proses groundcheck oleh dinas.
"Macam-macam kriterianya. Ada yang dari anak yatim piatu, orang tuanya difabel, atau berasal dari keluarga pekerja kasar. Semua profilnya sudah kami miliki, tinggal menunggu SK dari Kemensos nanti bisa kami buka profil siswanya," ungkap Donny.
Sementara itu, disinggung terkait 3 calon siswa yang mengundurkan diri. Donny mengatakan alasan pengunduran diri bervariasi. Mulai dari orang tua calon siswa yang merasa keberatan anaknya akan tinggal di asrama, hingga diterimanya calon siswa tersebut di lembaga pendidikan lain.
"Kami sudah melakukan pendekatan, tapi keputusan akhirnya tetap pada anak dan keluarganya. Ada yang memilih pondok karena sudah diterima di sana lewat beasiswa," kata Donny.
Mengenai kekosongan tersebut, menurutnya saat ini Dinsos masih berupaya mencari calon pengganti agar kuota siswa terpenuhi. "Jadi data awal memang dari pusat, tapi kami yang melakukan verifikasi lapangan. Jadi siswa yang kami ajukan memang benar-benar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan," tambahnya. (*)
Reporter: Santi Wahyu
Editor : Lutfiyu Handi