
MALANG (Lentera) - Di tengah keterbatasan ekonomi keluarga, Rahmatul Laili Ramadani (12), putri sulung dari seorang tukang bangunan di Kota Malang, menyimpan cita-cita besar menjadi pramugari.
Harapan itu kini mulai mendapat jalan terang setelah ia terpilih sebagai salah satu calon siswa Sekolah Rakyat (SR), program pendidikan berasrama yang diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem.
Cita-cita Laili terungkap saat Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Letjen TNI (Purn) AM Putranto, mengunjungi kediamannya pada Jumat (20/6/2025).
Saat ditanya apa profesi impiannya, Laili menjawab tegas dan tanpa ragu. "Saya cita-citanya ingin jadi pramugari. Perasaan sata senang bisa masuk di SR," ujar Laili.
Putranto juga sempat bertanya alternatif cita-cita lain, seperti menjadi dokter, namun Laili tetap dengan jawabannya. "Nggak, maunya pramugari," ucapnya sambil menyebutkan tinggi badannya yang saat ini 145 cm.
Menanggapi jawaban itu, KSP Putranto memberikan semangat dan nasihat agar Laili terus rajin belajar. "Ya sudah, belajar yang rajin nanti di SR, ya. Semoga bantuan Pak Presiden ini bisa membantu mewujudkan cita-cita Laili," kata KSP.
Ia juga menjelaskan, Laili adalah salah satu dari calon siswa yang dipilih berdasarkan kriteria miskin ekstrem. Menurutnya, para siswa yang lolos akan mulai masuk asrama pada 7 Juli 2025. "Mereka nanti sampai dengan menjalani sekolah akan mendapatkan seragam, semua kebutuhan sekolah untuk mendukung pendidikan mereka," jelasnya.
Sementara itu, Ibu Laili, Ilmiatul Khoiroh (33), mengaku tidak menyangka anaknya mendapat kesempatan mengikuti program SR. Informasi awal diterima dari Dinas Sosial melalui kelurahan sekitar bulan Maret atau April.
"Pertama bingung saya, ini apa. Kan itu pemberitahuannya juga disuruh rapat ke Kecamatan. Terus ya saya ke sana, dikasih tahu kalau ada SR. Alhamdulillah saya langsung menerima," ucapnya.
Menurutnya, Laili sebelumnya juga direncanakan masuk ke SMPN 28, namun rencana itu masih terkendala biaya. "Kami masih mikir biaya juga. Alhamdulillah kalau SR ini kan gratis, dari mulai seragam, sepatu, buku," kata Ilmiatul.
Lebih lanjut, Ilmiatul menjelaskan Laili merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Suaminya, Suliswanto (39), bekerja sebagai tukang bangunan dengan penghasilan sekitar Rp2 juta per bulan, sementara dirinya tidak bekerja.
Mereka tinggal di rumah yang dibangun sendiri di atas tanah milik saudara yang mereka sewa per tahun. "Kami sudah hampir 10 tahunan di sini. Ini tanahnya saudara, per tahun itu Rp400 ribu kalau nggak Rp700 ribu," kata Ilmiatul.
Ilmiatul berharap, dengan menjadi siswa SR, anaknya dapat belajar dengan baik serta menggapai cita-cita yang diinginkan, yakni menjadi seorang pramugari.
Terpisah, Sekretaris Dirjen Kemensos, Idit Supriyadi Priatna, yang turut hadir dalam kunjungan tersebut, menanggapi soal status kepemilikan tanah keluarga Laili.
Idit menjelaskan, pemerintah pusat memiliki program Rumah Sejahtera Terpadu (RST) untuk mendukung kesejahteraan orang tua siswa Sekolah Rakyat. Namun, karena lahan tempat tinggal keluarga Laili masih berstatus sewa, mereka belum memenuhi syarat untuk mengikuti program tersebut.
"Syaratnya harus berdiri di tanah milik sendiri," ujarnya.
Meski begitu, Idit menyebut pemerintah daerah diharapkan dapat mencarikan solusi. "Nanti akan ada upaya dari Pak Wali Kota Malang seperti apa caranya. Kalau sudah siap lahan sendiri, dari pemerintah pusat insyaallah bisa masuk program RST, termasuk pemberdayaan untuk keluarganya, jadi paket lengkap," lanjutnya.
Reporter: Santi Wahyu|Editor: Arifin BH