
SURABAYA (Lentera) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyebaran virus polio tipe VDPV2-n (Vaccine Derived Poliovirus Type 2-n), menyusul laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terkait temuan kasus di Papua Nugini.
Terkait hal itu, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 400.7.7.1/12085/436.7.2/2025 tentang Kewaspadaan Dini dan Kesiapsiagaan Menghadapi Risiko Penyebaran Virus Polio VDPV2-n di Kota Surabaya.
Melalui SE tersebut, Eri mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk pemangku wilayah, instansi pemerintah dan swasta, hingga warg untuk aktif dan disiplin dalam mencegah penyebaran virus secara terpadu dan komprehensif.
“Kami minta seluruh orang tua memastikan anak usia 0-5 tahun telah mendapat imunisasi polio lengkap, yakni empat dosis vaksin tetes (bOPV) dan dua dosis suntik (IPV). Imunisasi ini gratis dan tersedia di seluruh Puskesmas maupun Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) di Surabaya,” kata Eri, Sabtu (21/6/2025).
Bagi anak yang belum lengkap imunisasinya, orang tua diminta segera membawa ke Puskesmas untuk imunisasi kejar.
Selain itu, warga juga diminta segera melapor ke Puskesmas atau Dinas Kesehatan (Dinkes) jika menemukan anak di bawah usia 15 tahun mengalami gejala lumpuh layuh mendadak, khususnya pada bagian kaki.
Di samping itu, Pemkot juga menekankan pentingnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), menggunakan jamban sehat, dan menjaga sanitasi lingkungan.
“Kami juga mengajak tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga ketua RT/RW untuk membantu mengedukasi warga tentang pentingnya imunisasi dan deteksi dini lumpuh layuh,” tambahnya.
Pihaknya juga mengimbau warga yang bepergian ke atau berasal dari daerah berisiko tinggi untuk memastikan anak-anak telah menerima imunisasi polio sesuai usia. Edukasi dan informasi terkait virus ini juga diminta disebarluaskan melalui media sosial menggunakan infografis, poster, atau leaflet resmi.
Terakhir, Eri meminta masyarakat tidak mudah termakan hoaks dan hanya mengakses informasi kesehatan dari sumber resmi seperti situs WHO dan Kemenkes RI.
“Pencegahan penyebaran virus ini butuh kepedulian dan tanggung jawab bersama. Mari tingkatkan kewaspadaan dan disiplin demi melindungi anak-anak kita,” tutupnya.
Reporter: Amanah/Editor: Ais