
MADIUN (Lentera) -Puluhan orang tua dan wali murid mendatangi Kantor Cabang Dinas Pendidikan (Cabdindik) Jawa Timur Wilayah Madiun, Senin (30/6/2025), lantaran kecewa anak-anak mereka tak lolos Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) jenjang SMA.
Mereka sempat mengikuti pertemuan tertutup selama beberapa jam dengan perwakilan Cabdindik. Namun, usai pertemuan sekitar pukul 12.30 WIB, raut kecewa tampak jelas dari para orang tua.
Salah satu perwakilan wali murid, Neti Puspitorini, mempertanyakan sistem seleksi tahap ketiga atau jalur zonasi yang dinilai masih mengutamakan nilai akademis.
“Padahal jalur zonasi seharusnya berdasarkan jarak domisili, tapi tetap yang diutamakan nilai. Anak saya daftar ke SMA 4, 5, dan 6, semua gagal,” keluh Neti, warga Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman.
Ia menyebut sistem ini merugikan siswa yang tinggal dekat sekolah, tetapi nilai rapornya rendah akibat pemotongan indeks sekolah.
“Kami penduduk asli Kota Madiun. Mohon ada pertimbangan agar anak-anak bisa tetap sekolah di SMA negeri, tanpa harus ke swasta,” tegasnya.
Ketua Komisi I DPRD Kota Madiun, Didik Yulianto, yang turut mendampingi, menyoroti minimnya daya tampung SMA negeri dibandingkan jumlah lulusan SMP/MTs.
“Permintaan ke SMA mencapai 70 persen, sementara kuota terbatas. Ini akan kami bicarakan lebih lanjut ke tingkat provinsi,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Kasi SMA Cabdindik Jatim Wilayah Madiun, Devy Yuniar, menjelaskan bahwa kuota SMA Negeri di Kota Madiun memang tak sebanding dengan jumlah pendaftar.
“Masih ada jalur SPMB terakhir, yakni domisili SMK Negeri, pada 2–3 Juli. Kuotanya sekitar 60 persen. Kami harap siswa bisa melirik jurusan-jurusan di SMK,” kata Devy.
Ia menambahkan, seluruh proses seleksi sudah sesuai prosedur, termasuk perhitungan nilai dari rapor dan indeks sekolah.
“Kalau memang tidak memilih SMK, banyak SMA swasta yang menyediakan beasiswa penuh maupun sebagian. Jadi tidak perlu khawatir soal biaya,” pungkasnya.
Reporter: Wiwiet Eko Prasetyo|Editor:Arifin BH