07 July 2025

Get In Touch

Kejadian Aneh Saat Penebangan Kayu Rimba untuk Sampan Pacu Jalur Kuansing

Pacu Jalur di Sungai Kuantan, Kabupaten Kuansing, Riau, Kamis (3/7/2025) -Kompas
Pacu Jalur di Sungai Kuantan, Kabupaten Kuansing, Riau, Kamis (3/7/2025) -Kompas

SURABAYA (Lentera) Di balik mendunianya "aura farming" tradisi Pacu Jalur di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, ada proses yang cukup panjang dalam pembuatan sebuah sampan.

Kayu yang digunakan untuk sampan Pacu Jalur, dicari oleh kelompok masyarakat desa ke dalam rimba belantara.

Tidak bisa sembarang kayu yang ditebang untuk membuat sampan berkurang 30 sampai 35 meter itu.

Ada pun, jenis kayu yang dipakai adalah kayu meranti, kuras, marsawah, dan benio.

Untuk menemukan kayu tersebut, kelompok masyarakat desa sampai berhari-hari berkeliling di dalam rimba.

Berdasarkan cerita dari Mahviyen Trikon Putra, selaku praktik Pacu Jalur Kuansing, ada beberapa kejadian aneh saat menumbangkan kayu rimba untuk pembuatan sampan.

Dalam menebang sebatang kayu untuk sampan Pacu Jalur, seorang pawang terlebih dahulu menyembelih seekor ayam kampung jantan di pangkal kayu.

Kemudian meminta doa keselamatan.

"Ada yang mengalami kejadian (aneh) seperti itu. Kadang ya lancar-lancar saja," tutur Mahviyen mengutip, Minggu (6/7/2025).

Beberapa kejadian aneh, sebut dia, ada kayu yang mengucurkan air setelah ditebang.

Kemudian, tiba-tiba datang angin ribut setelah kayu ditumbangkan.

"Macam-macam kejadiannya. Ada juga beberapa jenis hewan yang muncul," sebutnya.

Seperti yang dialami oleh kelompok masyarakat Desa Pangean, Kabupaten Kuansing, saat menebang kayu untuk sampan Pacu Jalur.

Pada saat kayu ditumbangkan, tiba-tiba ada seekor lipan besar di pangkal kayu.

Warga Pangean menyebut hewan itu dalam bahasa Melayu, adalah Siposan.

Kemudian, nama hewan itu menjadi nama jalur, yaitu Siposan Rimbo atau rimba.

"Ketika kayu itu tumbang, dia (siposan) ada di situ, jadi diambil menjadi nama jalur. Ternyata selaras dan sering juara iven Pacu Jalur. Sampai dijuluki "Jenderal Bintang Empat". Empat kali juara iven nasional," kata Mahviyen.

Mahviyen menyebut, proses pengambilan kayu dalam rimba sampai ke dibawa ke desa, memakan waktu minimal satu bulan.

Jika cuaca musim hujan, prosesnya akan semakin lama. Sebab, warga harus menembus hutan belantara.

"Kalau cuaca bagus, bisa satu bulan. Tapi kalau musim hujan, bisa berbulan-bulan. Karena medan yang ditempuh itu ada jurang, lembah, mendaki bukit dan menyusuri sungai. Jarak tempuh ke lokasi ada yang sampai 70 meter ke kaki bukit. Setelah jalan kaki mau setengah sampai satu hari," sebut dia. mengutip Kompas.

Sedangkan waktu pembuatan satu jalur, tambah dia, sekitar tiga minggu. Pembuatannya dilakukan oleh tukang khusus sampan Pacu Jalur.

Sebagaimana diketahui, media sosial kini dipenuhi video gerakan menari anak Pacu Jalur Kuansing.

Warga dari berbagai belahan dunia, ikut memparodikan gerakan menari Togak Luan tersebut, yang disebut dengan istilah "aura farming" tren di media sosial.

Gerakan tangannya seperti menepuk-nepuk udara dan diselingi dengan gerakan tangan menggulung.

Selain itu, kedua tangan bergantian mengayun depan dan belakang. Seirama dengan puluhan pria yang mendayung jalur.

Meski sederhana, tapi mampu menarik perhatian warga dunia.Sebagai informasi, iven tradisi Pacu Jalur Kuansing, Riau, puncaknya diadakan pada 20-25 Agustus 2025 mendatang (*)

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.