
OPINI (Lentera) -Sudah lebih dari dua dekade sejak terakhir kali saya naik bus rute Gresik-Bojonegoro. Jarangnya bepergian dengan kendaraan umum menjadi alasan utamanya.
Yang mengejutkan, dalam rentang waktu 20 tahun itu, bus umum di rute ini nyaris tidak berubah.
Mayoritas armadanya masih buruk kondisinya, hanya sedikit yang ber-AC, sopirnya tetap ugal-ugalan, dan karcis sebagai bukti pembayaran masih sering tidak diberikan.
Nama perusahaan otobus (PO) mungkin sudah berganti-ganti—dari Dali Mas dan Rajawali Indah menjadi Bintang Mas, Dali Prima, dan sebagainya.
Namun, pelayanan kepada penumpang tetap stagnan, seolah menolak perubahan ke arah yang lebih baik dan profesional.
Mencari jawaban atas fenomena ini tidaklah sederhana.
Banyak indikator dan variabel yang harus dipertimbangkan, termasuk karakteristik penumpang itu sendiri (*)
Penulis: Triandhi, wiraswastawan dan pemerhati sosial|Editor: Arifin BH