13 July 2025

Get In Touch

BPBD Kabupaten Malang Catat 26 Kecamatan Masuk Daerah Rawan Bencana Hidrometeorologi

(Ilustrasi) Pasca longsor di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. (dok. Pusdalops BPBD Kab Malang)
(Ilustrasi) Pasca longsor di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. (dok. Pusdalops BPBD Kab Malang)

MALANG (Lentera) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang mencatat sebanyak 26 dari 33 kecamatan di wilayahnya, masuk dalam kategori daerah rawan bencana hidrometeorologi. Pemetaan ini dilakukan, sebagai bentuk antisipasi terhadap potensi cuaca ekstrem yang diprediksi terjadi pada 8–11 Juli 2025.

"Kami telah meningkatkan fokus pengawasan di seluruh wilayah yang rawan bencana hidrometeorologi, menyusul adanya prediksi cuaca ekstrem dari BMKG," ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang, Sadono Irawan, Rabu (9/7/2025).

Diketahui, BMKG Kelas I Juanda Sidoarjo, telah memperkirakan adanya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat akan melanda sejumlah daerah di Jawa Timur, termasuk Kabupaten Malang. Cuaca ekstrem itu disertai potensi bencana seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, hingga hujan es.

Sadono menjelaskan, hasil pemetaan BPBD Kabupaten Malang, menunjukkan dari total 33 kecamatan di Kabupaten Malang, sebanyak 26 kecamatan dinyatakan rawan terhadap satu atau lebih jenis bencana hidrometeorologi. Kategori bencana yang dimaksud meliputi banjir dan banjir bandang, angin puting beliung, serta tanah longsor.

Untuk wilayah rawan banjir dan banjir bandang, BPBD mencatat 16 kecamatan, yakni Pujon, Ngantang, Kasembon, Karangploso, Dau, Singosari, Lawang, Pakis, Poncokusumo, Ampelgading, Tirtoyudo, Dampit, Sumbermanjing Wetan, Gedangan, Kalipare, dan Wagir.

"Sebagai tindak lanjut, mulai dari kemarin itu kami sudah bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas untuk mengirimkan alat berat. Alat tersebut digunakan untuk melakukan normalisasi sungai di Desa Purwodadi dan Desa Pujiharjo, Kecamatan Tirtoyudo yang sebelumnya terdampak banjir dua kali," terang Sadono.

Sementara itu, untuk wilayah rawan angin puting beliung, disebutkannya ada 12 kecamatan yang teridentifikasi, yakni Karangploso, Dau, Singosari, Lawang, Pakis, Jabung, Tajinan, Poncokusumo, Bululawang, Gondanglegi, Sumberpucung, dan Kepanjen.

"Adapun potensi tanah longsor tercatat di 17 kecamatan, yaitu Pujon, Ngantang, Kasembon, Karangploso, Dau, Singosari, Lawang, Poncokusumo, Tumpang, Ampelgading, Tirtoyudo, Dampit, Sumbermanjing Wetan, Wagir, Kromengan, Ngajum, dan Wonosari," katanya.

Sadono menegaskan, wilayah-wilayah tersebut akan mendapat prioritas pengawasan selama periode cuaca ekstrem. Pihaknya telah mengerahkan tim reaksi cepat (TRC) dan logistik ke beberapa kecamatan yang dinilai paling rawan.

"Selain patroli rutin, kami juga melakukan sosialisasi mitigasi kepada warga di daerah yang rentan. Warga diminta melapor segera jika terjadi peningkatan debit air atau tanda-tanda tanah longsor," tambahnya.

Sadono juga mengimbau masyarakat untuk berhati-hati selama kondisi cuaca ekstrem. Selain potensi bencana, cuaca buruk juga bisa menyebabkan jalan licin dan menurunnya jarak pandang bagi pengendara, yang dapat meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas.

"Kondisi cuaca saat ini cukup mengkhawatirkan. Kami mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama saat beraktivitas di luar ruangan," tuturnya.

Sebagai informasi, melalui akun Instagram resminya, @infobmkgjuanda, BMKG Kelas I Juanda merilis peringatan dini cuaca ekstrem yang berpotensi melanda sejumlah wilayah di Jawa Timur. Beberapa di antaranya adalah Kabupaten Banyuwangi, Blitar, Gresik, Jember, Lumajang, Madiun, serta Kabupaten Malang. Peringatan juga ditujukan untuk sejumlah kabupaten lain di kawasan pesisir selatan dan wilayah tengah Pulau Jawa.

Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.