16 July 2025

Get In Touch

BMKG Prediksi "Bediding" Tembus 14 Derajat, Peternak Unggas Diimbau Waspadai Suhu Dingin

(Ilustrasi) Suhu udara dingin di kawasan Gunung Bromo. (dok. Ist)
(Ilustrasi) Suhu udara dingin di kawasan Gunung Bromo. (dok. Ist)

MALANG (Lentera) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi suhu udara di Malang Raya mencapai 14 derajat Celsius pada Agustus 2025, fenomena suhu dingin biasa disebut “bediding”.

Kondisi ini dinilai normal, namun peternak diimbau waspada karena dapat berdampak pada kesehatan hewan ternak khususnya unggas.

"Fenomena suhu dingin ini merupakan hal wajar atau normal yang terjadi pada bulan Juli sampai September. Hal ini diakibatkan karena kita berada di musim kemarau, yang ditandai dengan adanya dominasi angin timuran yang bersifat kering dan dingin," ujar Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi (Staklim) Jawa Timur, Linda Fitrotul Muzayanah, dikonfirmasi melalui pesan singkat, Sabtu (12/7/2025).

Selain pengaruh angin, kondisi langit yang cerah turut mempercepat pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer saat malam hari . Menurut Linda, hal ini menjadi penyebab utama suhu udara terasa lebih dingin pada malam hingga dini hari.

"Beberapa saat ini juga masih terjadi hujan di beberapa wilayah yang turut menambah rasa dingin. Karena membawa massa udara dingin dari awan ke permukaan, dan menghalangi pemanasan sinar matahari," imbuhnya.

BMKG mencatat, meskipun saat ini suhu belum mencapai titik ekstrem, puncak suhu dingin biasanya terjadi pada Agustus. Diperkirakan, suhu minimum di wilayah Malang Raya dapat menyentuh angka 14 hingga 15 derajat Celsius.

"Ini masih belum ekstrem, ya. Jadi masih normal. Karena pernah terjadi juga lebih dingin dari ini. Kemudian biasanya di bulan Agustus nanti, itu akan lebih dingin lagi," tegas Linda.

Dampak dari fenomena bediding ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat secara umum. Tetapi juga berpotensi menimbulkan kerugian di sektor peternakan. Linda menyebut, unggas menjadi salah satu hewan ternak yang rentan terhadap perubahan suhu yang terlalu dingin.

"Imbauan BMKG, sektor peternakan (bisa mewaspadai dampak) karena berpotensi menyebabkan kematian, khususnya pada peternakan unggas," katanya.

Tidak hanya peternak, para petani di dataran tinggi juga diminta waspada terhadap munculnya embun es. Linda mengingatkan embun es dapat merusak tanaman, menyebabkan layu, bahkan kematian tanaman.

BMKG pun mengimbau masyarakat agar tetap menjaga kesehatan di tengah kondisi cuaca yang lebih dingin. Disarankan untuk mengenakan pakaian hangat, mencukupi asupan air putih, dan mengonsumsi vitamin agar daya tahan tubuh tetap terjaga.

Lebih lanjut, Linda menekankan fenomena seperti ini tidak terjadi merata di seluruh Indonesia. Karakteristik geografis dan topografi turut menentukan intensitas suhu dingin di suatu wilayah. Jawa Timur, misalnya, dengan pola hujan monsunal, dinilai lebih sering mengalami fenomena bediding.

BMKG juga meminta masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan terkait cuaca ekstrem. Untuk mendapatkan data dan informasi resmi, masyarakat diimbau selalu mengacu pada kanal informasi BMKG.

Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.