16 July 2025

Get In Touch

Wali Kota Malang Tegaskan Larang Sound Horeg Usai Bersih Desa Mulyorejo Ricuh

Kericuhan karnaval Mulyorejo dipicu penggunaan sound horeg, Minggu (13/7/2025). (dok. malangrayainfo)
Kericuhan karnaval Mulyorejo dipicu penggunaan sound horeg, Minggu (13/7/2025). (dok. malangrayainfo)

MALANG (Lentera) -W ali Kota Malang, Wahyu Hidayat, menegaskan larangan penggunaan sound horeg. Peringatan ini diungkapkan usai karnaval Bersih Desa di Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun, diwarnai kericuhan pada Minggu (13/7/2025). 

"Itu kan kegiatan yang dilaksanakan oleh warga sendiri, panitianya juga warga. Berarti ini permasalahan antar warga. Padahal saya sudah sampaikan, jangan sampai ada kegiatan yang sampai mengganggu masyarakat," ujar Wahyu, Senin (14/7/2025).

Terkait penggunaan sound horeg yang menjadi pemicu kericuhan, Wahyu mengingatkan masyarakat agar mematuhi ketentuan yang berlaku.

Ia mengacu pada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang telah mengeluarkan larangan penggunaan sound horeg jika terbukti mengganggu kondusifitas lingkungan sekitar.

"Sound horeg ini kalau sampai mengganggu, berarti sudah haram. Karena saya dengar juga tingkat kebisingannya sudah luar biasa. Itu yang tidak boleh," tegasnya.

Wahyu juga menekankan, agar ke depan masyarakat lebih bijak menggunakan pengeras suara. Ia meminta agar peralatan yang digunakan tidak sampai menimbulkan keresahan. "Gunakan sesuatu yang memang tidak sampai mengganggu masyarakat," katanya.

Terkait regulasi penggunaan sound horeg di Kota Malang, Wahyu menyebutkan pihaknya telah melakukan pembahasan. Namun, ia menyatakan regulasi tersebut akan diatur lebih lanjut oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

"Nanti Gubernur yang akan membuat aturan terkait sound horeg ini. Karena ada beberapa regulasi yang memang dimulai dari tingkat provinsi. Kemarin saya juga sudah ketemu Pak Emil, beliau menyampaikan terkait beberapa aturan yang berkaitan dengan fatwa MUI ini," terang Wahyu.

Diketahui, kericuhan yang melibatkan pawai sound horeg tersebut beredar di media sosial. Dari keterangan saksi di lokasi, kericuhan terjadi akibat suara sound horeg yang dinilai terlalu keras.

Bunyi yang memekakkan telinga itu membuat sejumlah warga merasa terganggu. Terutama mereka yang memiliki bayi atau anggota keluarga yang sedang sakit. Ketegangan pun berujung pada kesalahpahaman antara warga dengan peserta karnaval.

Sementara itu, Ketua Panitia Bersih Desa Mulyorejo, yang juga Ketua RW 6, Siswadi, menjelaskan kericuhan terjadi karena adanya salah paham antara warga dan peserta karnaval sehingga memicu saling pukul.

"Cara menegurnya dinilai kasar. Apalagi sampai ada pemukulan terhadap salah satu peserta. Itu yang akhirnya memicu aksi balasan dari peserta karnaval," kata Siswadi, dikonfirmasi melalui sambungan selular, Senin (14/7/2025).

Ditambahkannya, pihak panitia sebenarnya telah melakukan sosialisasi terkait penggunaan sound horeg, termasuk mengingatkan agar volumenya tidak berlebihan. Namun, di lapangan ternyata ada sekitar tiga hingga lima peserta yang tetap menggunakan sound horeg dengan suara yang dinilai terlalu keras.

"Kericuhan justru terjadi setelah mereka selesai tampil di hadapan juri dan hendak kembali. Tapi musiknya masih tetap keras seperti biasanya," jelasnya.

Ia menegaskan, kejadian ini akan menjadi bahan evaluasi. Jika ada kegiatan serupa di kemudian hari, pihaknya memastikan tidak akan mengizinkan lagi penggunaan sound horeg.

Reporter: Santi Wahyu/Editor:Widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.