18 July 2025

Get In Touch

Dari Gang ke Gang, 115 Kelompok Urban Farming Bangun Kemandirian Pangan di Kota Malang

Kegiatan urban farming di Kota Malang. (dok. Dispangtan Kota Malang)
Kegiatan urban farming di Kota Malang. (dok. Dispangtan Kota Malang)

MALANG (Lentera) - Melalui urban farming, kemandirian pangan dan ekologi di Kota Malang terus dibangun dari gang ke gang. Hingga pertengahan 2025 ini, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang mencatat sebanyak 115 kelompok aktif urban.

"Kalau idealnya, kelompok urban farming ini harus terus bertambah setiap tahun. Karena ini bukan hanya soal pangan, tapi soal kemandirian dan ekologi kota yang lebih sehat dan produktif," ujar Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan, Rabu (16/7/2025).

Menurut Slamet, untuk penambahan program urban farming, warga dapat mengusulkan melalui musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) di tingkat kelurahan.

Dari usulan tersebut, Dispangtan kemudian menghadirkan konsep urban farming terintegrasi. Yang mencakup budidaya tanaman, peternakan, hingga perikanan skala rumah tangga.

Lebih lanjut, Slamet menjelaskan, urban farming menjadi salah satu solusi mengatasi terbatasnya lahan pertanian di Kota Malang. Berdasarkan data Dispangtan, luas lahan sawah di kota ini mencapai 985 hektare, namun hanya sekitar 788 hektare yang masih aktif ditanami padi. Sisanya dimanfaatkan untuk tanaman pangan lainnya dan hortikultura.

"Karena keterbatasan itu, urban farming menjadi solusi bagi masyarakat perkotaan untuk tetap produktif dengan memanfaatkan pekarangan, gang, atau sudut taman di lingkungan tempat tinggal mereka," kata Slamet.

Dispangtan juga aktif mendampingi kelompok-kelompok urban farming melalui berbagai cara. Salah satunya dengan memanfaatkan grup WhatsApp sebagai media komunikasi, pemantauan, evaluasi, serta pendampingan kegiatan kelompok.

"Nah di setiap kelompok itu mereka rutin melaporkan kegiatan harian dan perkembangan hasil panen ke kami," katanya.

Selain pendampingan, Dispangtan juga membuka peluang pemasaran bagi produk hasil urban farming. Disebutkannya, produk pertanian dari kelompok warga dipromosikan ke berbagai jaringan, termasuk Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).

"Seperti yang saya bilang tadi, jadi harapannya dengan kami support seperti ini, produk urban farming bisa masuk ke pasar segar, toko sayur modern, dan bahkan hotel-hotel di Malang. Nanti kan itu kembali lagi," kata Slamet.

Slamet menegaskan, urban farming di Kota Malang tidak hanya ditujukan untuk memperkuat ketahanan pangan skala rumah tangga dan lingkungan RT/RW. Tetapi juga diharapkan mampu menambah ruang terbuka hijau yang produktif di kawasan perkotaan.

"Jadi kami berharap masyarakat dapat terus memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan. Sekaligus menjadi peluang ekonomi," katanya.

Slamet juga menyebut Dispangtan akan terus mengadakan pelatihan teknik budidaya bagi kelompok urban farming. Salah satu yang menjadi fokus adalah sistem hidroponik atau budidaya tanaman menggunakan media air.

Ke depan, Slamet berencana mengenalkan media tanam alternatif seperti pakis dan sekam yang lebih ramah lingkungan.

Reporter: Santi Wahyu/Editor:Widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.