02 August 2025

Get In Touch

Kasus Beras Oplosan, Pedagang Pasar Tradisional Kota Malang Akui Ada Keterlambatan Distribusi

Salah satu pedagang sembako di Pasar Klojen, Kota Malang, Sabtu (26/7/2025). (Santi/Lentera)
Salah satu pedagang sembako di Pasar Klojen, Kota Malang, Sabtu (26/7/2025). (Santi/Lentera)

MALANG (Lentera) - Di tengah isu beras oplosan, sejumlah pedagang di pasar tradisional Kota Malang mengaku tetap menjalankan aktivitas jual beli seperti biasa. Meskipun sebagian di antaranya mulai merasakan kekhawatiran dan dampak yang ditimbulkan. Baik dalam bentuk keterlambatan distribusi hingga menurunnya animo pembeli.

Pedagang di Pasar Oro-Oro Dowo Toko Yuli, mengaku pasokan beras merek Lombok yang biasa ia jual, kini tidak lagi dikirim sejak isu beras oplosan viral. "Biasanya saya minta dikirim 50-an karung. Tapi sekarang gak ada. Sulit cari barangnya," kata dia, Sabtu (26/7/2025).

Pedagang tersebut juga mengonfirmasi, Sania dan Fortune termasuk yang banyak disebut dalam pemberitaan terkait beras oplosan. Meskipun begitu, ia menyebut beras Sania telah kembali dikirim oleh sales dengan jaminan produksi baru. "Sales-nya menjamin gak ada oplosan. Tapi prosesnya saya gak tahu. Kan kami hanya jual," katanya.

Dari sisi pembeli, seorang pelanggan di Pasar Oro-Oro Dowo bernama Jumini, menyatakan tetap membeli beras merek Sania seperti biasa. Ia mengaku tidak menemukan perbedaan dalam kualitas maupun rasa. "Saya dari dulu beli Sania di sini. Gak pernah ada yang berubah, tetap sama," ujar Jumini.

Sementara itu, di Pasar Dinoyo, beberapa pedagang sembako menyatakan tidak terdampak secara langsung oleh isu ini. Tutik, misalnya, menyebut beras-beras mahal yang diduga terdampak oplosan sudah ditarik oleh sales sejak isu ini mencuat.

"Kalau di saya gak jual yang mahal-mahal. Pembeli juga gak terpengaruh, soalnya sekarang sudah pintar," ujarnya.

Pedagang lainnya, Sriati, mengaku masih menjual merek Fortune meski peminatnya jarang. "Sebelum isu ini pun memang gak laris. Yang laris itu Lahap sama Mentari," katanya.

Ia menambahkan, belum ada penarikan produk oleh pihak sales dan distributor sehingga ia tetap menjual seperti biasa. "Kalau memang ada indikasi oplosan, kan biasanya ditarik. Ini gak," ujarnya.

Lain halnya di Pasar Bunulrejo. Supriyono, salah satu pedagang beras, mengaku isu beras oplosan mulai mempengaruhi minat pembeli. "Ada penurunan. Pembeli beralih ke beras lokal seperti dari Kediri dan Malang," jelasnya.

Menanggapi situasi ini, Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang, Eko Sri Yuliadi, mengatakan pihaknya akan mengecek peredaran beras di pasar tradisional.

Eko menyebut akan memastikan, beras yang dikirim oleh penyuplai dari berbagai daerah dalam kondisi aman dikonsumsi.

Di Pasar Klojen, Sumarno, salah satu penjual sembako, justru mengaku belum mengetahui soal isu beras oplosan yang ramai diberitakan. Menurutnya, informasi itu belum sampai kepadanya karena ia tidak menjual merek-merek yang dimaksud. "Saya malah nggak tahu. Gak mengikuti berita kalau saya," ujarnya, Sabtu (26/7/2025).

Sumarno hanya menjual beras merek Lahap dan Mentari yang menurutnya masih stabil dari sisi permintaan. Ia menyebutkan, harga beras Mentari saat ini berada di angka Rp78 ribu per 5 kilogram, mengalami kenaikan sebulan terakhir.

Ditambahkannya, sejauh ini belum ada keluhan atau kekhawatiran dari pembeli terkait isu oplosan.

Untuk diketahui, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang bersama Satgas Pangan Polresta Malang Kota, sebelumnya telah menemukan puluhan kilogram beras yang terindikasi oplosan di sejumlah pasar tradisional dan toko ritel modern.

Temuan tersebut terungkap saat inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan beberapa waktu lalu. Sebagian besar beras yang terindikasi oplosan diketahui bermerk Sania dan Fortune.

Reporter: Santi Wahyu/Editor:Widyawati

 

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.