05 August 2025

Get In Touch

Ketua TP PKK Surabaya Ajak Orangtua Jadi Teman Cerita Anak

Ketua TP PKK Surabaya Rini Indriyani menjadi narasumber dalam kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Penguatan Anak dan Orang Tua: Peluk Anak, Rangkai Harapan”
Ketua TP PKK Surabaya Rini Indriyani menjadi narasumber dalam kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Penguatan Anak dan Orang Tua: Peluk Anak, Rangkai Harapan”

SURABAYA (Lentera) -Memperingati Hari Anak Nasional ke-41, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Surabaya Rini Indriyani mengajak para orangtua untuk menjadi “teman bercerita” bagi anak-anak mereka. 

Pesan itu disampaikan dalam acara pengabdian masyarakat bertajuk “Penguatan Anak dan Orang Tua: Peluk Anak, Rangkai Harapan”, yang digelar di Auditorium SMA Khadijah, Senin (4/8/2025).

Dalam kegiatan itu, perempuan yang akrab disapa Bunda Rini ini mengajak beberapa anak untuk naik ke atas panggung dan menceritakan hubungan mereka dengan orangtua. Dari cerita-cerita yang dibagikan, terungkap bahwa tidak sedikit anak merasa takut untuk sekadar berbicara atau berbagi cerita dengan orang tuanya.

“Sederhana, dia hanya ingin berbicara atau ingin cerita sama ayahnya. Tapi ternyata dia takut,” ungkapnya.

Menurutnya, situasi ini bisa dicegah jika orang tua membiasakan komunikasi terbuka sejak dini. Orangtua, kata Rini, adalah garda terdepan dalam mendampingi anak, terutama dalam mengelola perasaan dan pengalaman mereka.

“Ayo jadi teman yang asyik buat anak-anak, jadi mama yang asyik. Karena nanti yang mendoakan kita di masa depan itu mereka, anak-anak yang saleh dan salihah,” pesannya.

Rini menekankan bahwa pola asuh masa kini tak bisa disamakan dengan cara mendidik di masa lalu. Untuk itu, orang tua harus terus belajar dan berani mengalah demi membangun kedekatan emosional dengan anak.

“Kuncinya komunikasi. Semua masalah pasti bisa dicari jalan keluarnya kalau ada komunikasi,” tegasnya.

Tak hanya itu, ia juga menyoroti pentingnya pendampingan psikologis, terutama untuk anak-anak yang menghadapi kondisi keluarga yang kompleks, seperti orang tua yang sibuk, bercerai, atau anak yang diasuh oleh kakek-nenek.

"Kita bantu pelan-pelan supaya orang tua bisa kembali dekat dengan anaknya. Anak-anak ini sering kali menyimpan ganjalan yang harus kita bantu uraikan,” jelas Rini.

Sebagai bentuk dukungan konkret, Pemerintah Kota Surabaya telah menyediakan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) di setiap RW. Fasilitas ini bisa dimanfaatkan oleh orangtua dan anak untuk berkonsultasi.

“Tidak perlu jauh-jauh ke Siola. Puspaga di RW sudah lengkap. Kecuali kalau masalahnya pelik, baru kita arahkan ke psikolog,” imbuhnya.

Selain itu, ia mengajak orangtua untuk lebih waspada dan cerdas dalam mengawasi penggunaan gawai, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar. Menurutnya, di era digital ini, orang tua harus lebih peka dan memahami perkembangan teknologi.

“Anak bisa bikin akun kedua atau menyembunyikan aplikasi, maka orangtua juga harus cerdik. Jangan sampai kalah pintar dari anak,” katanya.

Sebagai solusi, Rini menyarankan agar teknologi bisa dimanfaatkan sebagai jembatan komunikasi, misalnya dengan berdiskusi tentang hal-hal menarik seperti AI, sambil tetap mengarahkan anak pada konten yang positif.

“Yang utama tetap komunikasi. Lewat komunikasi, kita bisa menjangkau dunia anak-anak tanpa menghakimi,” pungkasnya.

Reporter: Amanah|Editor: Arifin BH

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.